Latar Belakang Penulis Pengantar Isi Injil Markus
Penulis : Markus
Tema : Yesus, Sang Putra-Hamba
Tanggal Penulisan: 55-65 M
Latar Belakang
Di antara keempat Injil, Alkitab Injil Markus merupakan kisah yang
paling singkat tentang "permulaan Injil tentang Yesus" (Mr 1:1).
Sekalipun nama penulis tidak disebut dalam kitab itu sendiri (berlaku bagi
semua Injil), dengan suara bulat gereja yang mula-mula memberi kesaksian bahwa
Yohanes Markus adalah penulis Injil ini. Ia dibesarkan di Yerusalem dan
termasuk angkatan pertama orang Kristen (Kis 12:12). Markus memiliki kesempatan
yang unik karena berhubungan dengan pelayanan tiga orang rasul PB: Paulus (Kis
13:1-13; Kol 4:10; File 1:24), Barnabas (Kis 15:39) dan Petrus (1Pet 5:13).
Menurut Papias (sekitar 130 M) dan beberapa bapak gereja abad kedua, Markus
memperoleh isi Injilnya dari hubungannya dengan Petrus. Ia menulisnya di Roma
untuk orang Romawi yang percaya. Sekalipun saat penulisan Injil ini tidak
jelas, sebagian besar sarjana menetapkan tanggalnya sekitar tahun 50-60 M;
mungkin Injil ini yang pertama-tama ditulis.
Tujuan
Pada tahun 60-an M, orang percaya diperlakukan secara kejam oleh masyarakat dan banyak di antaranya disiksa bahkan dibunuh di bawah pemerintahan kaisar Nero. Menurut tradisi, di antara para syahid Kristen di Roma itu terdapat Rasul Petrus dan Rasul Paulus. Selaku salah seorang pimpinan gereja di Roma, Yohanes Markus digerakkan oleh Roh Kudus untuk menulis Injil ini sebagai suatu antisipasi yang bersifat nubuat atau tanggapan penggembalaan terhadap masa penganiayaan ini. Tujuannya ialah memperkuat dasar iman dalam orang percaya di Roma, dan jikalau diperlukan, mendorong mereka untuk dengan setia menderita demi Injil, dengan memperhadapkan kepada mereka kehidupan, penderitaan, kematian serta kebangkitan Yesus, Tuhan mereka.
Survai
Dalam suatu kisah yang bergerak dengan cepat, Markus
memperkenalkan Yesus sebagai Putra Allah dan Mesias, hamba yang menderita.
Titik yang menentukan dalam kitab ini adalah episode di Kaisarea Filipi, yang
disusul oleh peristiwa pemuliaan Yesus (Mr 8:27--9:10), ketika identitas dan
misi penderitaan Yesus dinyatakan dengan jelas kepada kedua belas murid-Nya.
Bagian pertama kitab Injil ini memusatkan perhatian terutama kepada mukjizat
luar biasa yang dilakukan Yesus dan pada kuasa-Nya atas penyakit dan
setan-setan sebagai tanda bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Akan tetapi, di
Kaisarea Filipi itu Yesus memberitahukan dengan terus terang kepada para murid
bahwa Dia harus "menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua,
imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga
hari" (Mr 8:31). Banyak ayat dalam kitab ini menyebut penderitaan sebagai
harga kemuridan (mis. Mr 3:21-22,30; Mr 8:34-38; Mr 10:33-34,45; Mr 13:8,11-13).
Namun setelah mereka menderita karena Dia maka Allah akan menyatakan bahwa Ia
berkenan kepada mereka, sebagaimana ditunjukkan dalam kebangkitan Yesus.
Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai Injil Markus:
(1) Injil ini penuh kegiatan, yang lebih menekankan apa yang
dilakukan Yesus daripada apa yang diajarkan oleh-Nya (Markus mencantumkan 18
mukjizat Yesus dan hanya empat perumpamaan-Nya);
(2) Injil ini khususnya untuk orang Romawi, serta
menjelaskan adat-istiadat Yahudi, meniadakan semua daftar keturunan Yahudi dan
kisah kelahiran, penggunaan istilah Latin dan menerjemahkan kata-kata dalam
bahasa Aram;
(3) Injil ini bernada mendesak, dimulai dengan tiba-tiba dan
bergerak dengan cepat dari episode yang satu kepada episode yang lain, dengan
menggunakan 42 kali kata keterangan Yunani yang diterjemahkan dengan
"seketika itu juga".
(4) Injil ini ditulis dengan hidup, seraya menggambarkan
peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Yesus dengan ringkas dan tepat, dengan
gamblang dan dengan keahlian dari seorang pujangga.
Full Life: Markus (Garis Besar)
Garis Besar
I. Persiapan untuk Pelayanan Yesus
(Mr 1:1-13)
A. Pelayanan Yohanes Pembaptis
(Mr 1:2-8)
B. Pembaptisan Yesus
(Mr 1:9-11)
C. Pencobaan Yesus
(Mr 1:12-13)
II. Pelayanan yang Mula-Mula di Galilea
(Mr 1:14-3:6)
A. Empat Murid yang Pertama
(Mr 1:14-20)
B. Hari Sabat di Kapernaum
(Mr 1:21-34)
C. Perjalanan Pelayanan yang Pertama
(Mr 1:35-45)
D. Pertentangan dengan Orang Farisi
(Mr 2:1-3:6)
III.Pelayanan yang Kemudian di Galilea
(Mr 3:7-7:23)
A. Menyingkir ke Pantai
(Mr 3:7-12)
B. Pengangkatan Dua Belas Murid
(Mr 3:13-19)
C. Sahabat dan Musuh
(Mr 3:20-35)
D. Mengajar dengan Perumpamaan
(Mr 4:1-34)
E. Mengajar Melalui Mukjizat
(Mr 4:35-5:43)
F. Yesus di Nazaret
(Mr 6:1-6)
G. Pengutusan Dua Belas Murid
(Mr 6:7-13)
H. Herodes dan Yohanes Pembaptis
(Mr 6:14-29)
I. Berbagai Mukjizat dan Pengajaran di Sekitar Danau Galilea
(Mr 6:30-56)
J. Pertentangan dengan Tradisi
(Mr 7:1-23)
IV. Pelayanan di Luar Galilea
(Mr 7:24-9:29)
A. Penyembuhan Dua Orang Bukan Yahudi
(Mr 7:24-37)
B. Mukjizat-Mukjizat Lagi
(Mr 8:1-26)
C. Episode Kaisarea Filipi
(Mr 8:27-9:1)
D. Episode Pemuliaan
(Mr 9:2-29)
V. Menuju ke Yerusalem
(Mr 9:30-10:52)
A. Melalui Galilea
(Mr 9:30-50)
B. Pelayanan di Perea
(Mr 10:1-52)
VI. Minggu Penderitaan
(Mr 11:1-15:47)
A. Minggu: Memasuki Yerusalem dengan Jaya
(Mr 11:1-11)
B. Senin:
1. Mengutuk Pohon Ara
(Mr 11:12-14)
2. Menyucikan Bait Allah
(Mr 11:15-19)
C. Selasa:
1. Iman dan Ketakutan
(Mr 11:20-33)
2. Perumpamaan dan Pertentangan
(Mr 12:1-44)
3. Khotbah di Betania
(Mr 13:1-37)
4. Pengurapan di Betania
(Mr 14:1-11)
D. Kamis: Perjamuan Akhir
(Mr 14:12-25)
E. Jumat:
1. Yesus di Taman Getsemani
(Mr 14:26-52)
2. Pengadilan Yahudi
(Mr 14:53-72)
3. Pengadilan Romawi
(Mr 15:1-20)
4. Penyaliban dan Penguburan
(Mr 15:21-47)
VII.Kebangkitan
(Mr 16:1-20)
A. Penemuan Kebangkitan
(Mr 16:1-8)
B. Penampilan-Penampilan Pasca-Kebangkitan
(Mr 16:9-18)
C. Kenaikan dan Penugasan Para Rasul
(Mr 16:19-20)
Jerusalem: Markus (Pendahuluan Kitab)
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan
"Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau
"Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu
sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang
sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab
itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani
"sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam
karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing
injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius,
seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3,
yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina.
Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma,
sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu
adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam
karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas,
Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau
penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid
lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir,
Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal
dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli
Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya
yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai
Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst,
maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat
dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus
dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu
Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam
bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi
Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum
hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu
sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah
Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan
macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi,
tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang
bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh
tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi
lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung
satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan
Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada
begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan
hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya
tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski
ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu
lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa
tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu
mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama
lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu
memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau
bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana,
saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus.
Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama
sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu
harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada
Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius
dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal
ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas
menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah
mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber
yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas
bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai
"Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan
Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat
diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari
kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun
secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena
kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang
perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus
seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua
sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber,
seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari
pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas
nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang
mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum
dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus
atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan
Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya
ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam
keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada
kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan
Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya
Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada.
Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan
kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan
Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori
kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu
berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas
satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu.
Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu,
dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling
mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks
itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu
kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang
kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu
itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur
yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah
dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan
Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang.
Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran
kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan
perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas
berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang
ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari
pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber
itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti
disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda.
Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen
itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab
"logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan
dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda,
sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan
bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian
tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 --
Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia"
yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang
berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk
18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga
dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan
Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia"
macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius
tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini
oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah
sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian
terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk
18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia"
dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius
Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu
diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada
keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan
saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa
Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada
kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap
perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi
pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia.
Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang
berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan
maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya
terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan
dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu:
tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang
paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh
timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang
demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang
berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah
memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat
disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat
mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada
pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang
memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang
ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis
itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah
sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah
sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul
cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti
kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat
suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah,
perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan
gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu
karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk
Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan
kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap
karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari
permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan
sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi
kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya
pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang
logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja,
kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak
disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama.
Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi
sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan
baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah
kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping
injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang
lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua
karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke
dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud
menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi,
injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang
baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal
tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh
ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar
bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum
dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap
pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di
atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat
yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan
digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya
dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya
penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu
juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang
pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil
itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat
pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia"
(S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti
Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh
injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup
luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas
menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4).
Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan
dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan
yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang
sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu.
Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok
ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti
yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan
Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil
keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah
tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali
dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk,
juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk
itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap
penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat
secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk
itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang
disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik.
Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga
redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan
redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk
yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam
rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk
4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap
dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan
bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan
bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya.
Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan
sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang
diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa
muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang
tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati,
Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang,
Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti
yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam
yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi
tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing
injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu.
Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga
bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan
Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti,
seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di
Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai
akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang
injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari
Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh
Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau
paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan
Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan
waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi
waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang
kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan
Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai
cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu
mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau
menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua
injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa
kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga
karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara
langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk
menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana
"nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana
"nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari
perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu
berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri
menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil
lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana
istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan
melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk
membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela
kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian
berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik
oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak
memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian
mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan
obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup
terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak
banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan
teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik
cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal,
sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil
Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan
apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti
bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah
laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi.
Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap
kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke
mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu
tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau
perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang
harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan
sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing
injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat
dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya
mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan
dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang
lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan
sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan
perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan
terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah
mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu,
pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan
sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan
Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu
menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka
sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada
keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki
perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan
diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang
disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah
tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai
penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya
mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita
yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan
belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib
yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi
juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa
manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja
menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum
penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil
menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan
Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun
tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka
yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi
sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja
dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang
mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para
penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil
tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan
kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak
dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian
belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu
Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh
Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus
untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas
masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah
diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda.
Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima
"buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah
wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih
dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara
kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang
yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal
dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk.
Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih
lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan
Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan
sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid
dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti
Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang
meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para
utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu
"Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi
hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam
kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan
dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang
dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya
dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang
depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari
pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir
zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan
ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan
yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai
Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama.
Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya
Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip
Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi
digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan
yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan
dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17,
yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak
menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota
Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5,
16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus :
mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya
mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas
peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang
menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi
Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa
muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba
yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang
meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan,
Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga
hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana
terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang
Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan
yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat
13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil
sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya
diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan
pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya.
Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan
karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi
rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih
ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43;
pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang
dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang
telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias
yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai
merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa
mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24,
dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12;
21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang
lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik
dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan
lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik
lain.
Jerusalem: Markus (Pendahuluan Kitab)
Injil Karangan Markus
Rangka Mrk adalah paling tidak sistematik. Pembukaan injil
merangkum pewartaan oleh Yohanes Pembaptis, baptisan Yesus dan pencobaanNya di
padang gurun, Mrk 1:1-13; kemudian beberapa petunjuk tentang karya Yesus di
Galilea, Mrk 1:14-7:23; menyusullah perjalanan Yesus bersama murid-muridNya ke
daerah Tirus dan Sidon, ke Dekapolis, di kawasan Kaisarea Filipi, lalu Yesus
kembali ke Galilea, Mrk 7:24 - 9:50. Akhirnya sebuah perjalanan lain melalui
daerah Perea dan kota Yerikho menuju Yerusalem hendak menempuh sengsara dan
kebangkitan, Mrk 10:1-16:8. Tanpa berkata tentang urutan kejadian-kejadian
secara terperinci nampaklah rangka tersebut agak dibuat-buat. Sebab mungkin
sekali, sebagaimana dibuktikan injil keempat, bahwa Yesus beberapa kali pergi
ke Yerusalem sebelum Paskah-sengsara. Namun demikian garis-garis besar Mrk
memperlihatkan suatu perkembangan yang perlu dipertahankan, baik karena nilai
historisnya maupun karena makna teologisnya. Mula-mula Yesus disambut baik oleh
rakyat yang semangatnya berkobar-kobar; lalu martabatNya sebagai Mesias yang
sederhana dan rohani belaka mengecewakan harapan rakyat yang semangatnya
menjadi kendor; Lalu Yesus meninggalkan daerah Galilea mencurahkan perhatian
untuk mendidik sekelompok kecil murid-murid yang setia; tanpa syarat mereka
akhirnya mengakui Yesus sejak pernyataan Petrus di Kaisarea Filipi; ini titik
yang memutuskan; semenjak itu segala sesuatunya diarahkan ke Yerusalem; akibat
perlawanan yang semakin menjadi maka di Yerusalem; akibat; akibat perlawanan
yang semakin menjadi maka di Yerusalem terlaksanalah drama sengsara, yang
akhirnya dimahkotai oleh tanggapan Allah yang menang, yakni kebangkitan.
Injil kedua ini terutama menaruh perhatiannya pada Yesus
sebagai sebuah paradoks : oleh manusia Ia tidak diterima, bahkan ditolak,
meskipun diutus oleh Allah dan oleh karena Allah, akhirnya menang juga. Mrk
tidak begitu berminat terhadap pengajaran Yesus, sehingga hanya sedikit
perkataan Yesus dimuatnya. Pokok utamanya ialah : pernyataan Mesias yang
disalibkan. Dari satu pihak Mrk memperlihatkan Yesus sebagai Anak Alah yang
diakui oleh Bapa sendiri, Mrk 1:11; 9:7, oleh setan-setan, Mrk 1:24; 3:11; 5:7,
dan bahkan oleh manusia, Mrk 15:39; sebagai Mesias yang menghaki sebuah
martabat ilahi, 14:62, dan melebihi malaikat, 13:32; yang menganggap diriNya
berkuasa untuk mengampuni dosa, Mrk 2:10, sebagaimana dibuktikanNya dengan
membuat mujizat, Mrk 1:31; 4:41 dll, mengusir roh-roh jahat, Mrk 1:27; 3:23;
dll. Tetapi di lain pihak mengejek Yesus dan kesal hati terhadapNya, Mrk 5:40;
6:2 dst; permusuhan dari pihak pemimpin-pemimpin Yunani, Mrk 2:1-3:6; dll;
bahkan murid-murid tidak sampai memahami Yesus, Mrk 4:13+; perlawanan yang
membawa ke penghinaan salib. Justru batu sandungan itulah yang ingin dijelaskan
oleh Mrk, tidak hanya dengan memperlawankannya dengan kemenangan terakhir dalam
kebangkitan, tetapi juga dengan memperlihatkan bahwa haruslah terjadi demikian,
menurut rencana rahasia Allah. Haruslah Kristus menderita untuk menebus
manusia, Mrk 10:45; 14:24; demikianlah dinubuatkan oleh Alkitab, Mrk 9:12;
14:21, 49, dan Yesus sendiri juga menandaskan bahwa jalan perendahan dan
sengsara harus ditempuh baik oleh Yesus sendiri, Mrk 8:31; 9:31; 10:33 dst,
maupun oleh pengikut-pengikutNya, Mrk 8:34 dst; 9:35; 10:15, 24 dst, Mrk 39;
13:9-13. Hanya pengharapan Yahudi akan seorang Mesias pejuang dan pemenang
kurang siap untuk menerima keterangan- keterangan semacam mengenai penderitaan
dan penyangkalan diri. Itulah sebabnya maka Yesus untuk menghindarkan timbulnya
semangat yang kurang tepat menyembunyikan mujizat-mujizatNya, Mrk 5:43; dll,
dan diriNya sendiri Mrk 7:24; 9:30. Dari sebutan Mesias, Mrk 8:29 dst. yang
terlalu berpautan dengan kemuliaan manusiawi. Yesus mengutamakan sebutan lebih
sederhana dan lebih sama-sama, yaitu "Anak Manusia", 2:10, dll; bdk
Mat 8:20+. Itulah yang disebutkan sebagai "rahasia Mesias", Mrk
1:34+. Memang benar juga "rahasia" itu dijadikan oleh Mrk sebagai
pokok utama injilnya. Tetapi ini bukan buah daya khayalnya sendiri. Sebaliknya
Markus telah menyelami kenyataan terdalam dalam jalan hidup Yesus yang penuh
sengsara. Dan justru kenyataan itulah yang dibentangkan Mrk di hadapan kita
dengan disinari cahaya iman yang secara depinitip diteguhkan oleh kemenangan
Paskah.
Ende: Markus (Pendahuluan Kitab)
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MARKUS
KATA PENGANTAR
Tentang Pengarang
Jang dari semula terkenal sebagai pengarang "Indjil
kedua", ialah Markus, jang djuga disebut Joanes. Ia berasal dari Jerusalem
dan masih muda sekali ketika Jesus, mengadjar dan bersengsara disitu. Ia
agaknja kemudian murid Petrus, sebab Petrus menjebutnja "anakku"
dalam suratnja I Petr. 5:19. Rumah ibunja digunakan oleh umat sebagai tempat
perkumpulan mereka. Waktu Petrus ditahan dalam pendjara oleh Herodes Kis. Ras.
(12:4-19), banjak orang berkumpul dalam rumah itu untuk berdoa. Dan setelah
Petrus dibebaskan oleh Malaekat, ia terus pergi "kerumah Maria, ibu Joanes
jang djuga dinamakan Markus" Kis. Ras. (12:12). Joanes tentu nama aslinja,
dan baru kemudian oleh umat-umat Junani dan Romawi ia dinamakan Markus. Ia
kemanakan Barnabas jang telah kita kenal sedikit dari Kis. Ras. 4:36, dan
kemudian beberapa kali lagi kita temui sebagai pengadjar Indjil jang ulung.
Markus turut serta pada perdjalanan Barnabas dan Saul (Paulus) ke pulau Siprus
dan Asia-Ketjil, tetapi di Perge meninggalkan mereka dan pulang ke Jerusalem.
Pada perdjalanan Paulus jang kedua, Barnabas ingin Markus ikut serta, tetapi
Paulus tidak setudju, karena pengalamannja pada perdjalanan jang pertama. Hal
itu mendjadi alasan bahwa Barnabas kembali ke Siprus dan Markus turut serta.
Tetapi kira-kira sepuluh tahun berselang Markus ada bersama dengan Paulus
kembali, jaitu di Roma waktu tahanan Paulus jang pertama disitu. Dalam suratnja
kepada umat Kolose (4:10) ia menjampaikan salam Markus kepada umat itu dan
minta mereka menjambut Markus dengan baik. Rupanja ia dikirim oleh Paulus untuk
bertugas disitu. Dan ketika Paulus dalam tahanan kedua di Roma, ia minta
Timoteus (II Tim. 4:9,11) lekas datang dan membawa serta Markus, sebab
bantuannja sangat berharga untuk pekerdjaannja. Lain kabar tentang Markus tidak
terdapat dalam karangan-karangan Kitab Kudus.
Dalam tradisi Markus hanja dikenal sebagai pembantu dan
djurubahasa Petrus. Menurut buku-buku dari abad kedua dan ketiga, Markus
menulis Indjil atas dorongan umat Roma, maka ditulisnja dengan teliti apa jang
didengarnja dari Rasul Petrus dalam pengadjarannja kepada umat disitu. Dan
memang sebagai djurubahasa Petrus, ia dapat mengetahui dengan teliti, baik
isinja, maupun tjoraknja jang chas. Menurut pendapat jang tjukup umum dari Para
sardjana, Indjil ini ditulis di Roma sebelum tahun 60.
Berita bahwa Indjil ini ditulis bagi umat Roma, dibenarkan
oleh tjiri-tjiri karangan sendiri. Terang sekali bahwa ia ditudjukan kepada
orang jang bukan Jahudi. Pengarang mengelakkan utjapan-utjapan dan peristiwa
jang hanja penting atau berharga bagi orang-orang Jahudi, atau jang tidak dapat
dimengerti oleh orang-orang Jahudi, ataupun dapat menjinggung mereka. Kata-kata
bahasa Jahudi diterdjemahkan atau didjelaskannja. Bahasa karangan agak
bertjorak Romawi.
Karangan Markus berdasarkan Katechese Petrus
Berita-berita bahwa Markus telah "menulis dengan teliti
apa jang didengarnja dari, Petrus" tjotjok dengan sifat-sifat karangan.
Tjara pengungkapan agak mirip dengan tjara bitjara Petrus dalam Kis.
Rasul-Rasul. Gaja bertjeritera sebagian besar hanja mungkin berasal dari
seorang jang menjaksikan segalanja dengan matanja sendiri dan berminat luar
biasa, lagipun sendiri mengalami dan menghajatinja sehingga berkesan dalam. Tak
mungkin bahwa Markus adalah penjaksi mata, sebab ia bukan murid Jesus. Gaja
bertjeritera itu sederhana tetapi hidup, seperti tjotjok dengan kepribadian
Petrus jang kita kenal. Suasana seluruhnja bernafaskan kedjiwaan dan semangat
Petrus. Kedjudjuran dalam menondjolkan karangan-karangan para Rasul. dan
chususnja Petrus sendiri menundjuk pula kepada Petrus sebagai sumbernja. Kalau
kita mengingat segala kenjataan itu, tentu tak salah kalau dikatakan, bahwa
Indjil Markus sebenarnja Indjil Petrus. Hal ini hanja meninggikan mutu karangan
ini lagi.
Karangan sebagai tjiptaan Markus
Sungguhpun Indjil kedua dapat disebut Indjil Petrus, namun
karangannja semata-mata karangan Markus. Bentuk seluruhnja, susunan dan bahasa
adalah tjiptaan Markus, bukan sekedar terdjemahan dari perkataan Petrus. Apa
jang didengarnja dari Petrus berulang-ulang kali, sangat meresap dalam ingatan
dan hati-sanubari Markus, sehingga bukan sadja menentukan isi, melainkan djuga
sedikit banjak tjorak dan suasana karangan ini.
Karangan Markus lama dipandang sebagai serangkaian
tjeritera-tjeritera sadja, jang memang sedap dibatja, tetapi hanja merupakan
satu ringkasan dari karangan-karangan Indjil jang lain, tanpa suatu gagasan
jang istimewa, dan sebab itu kurang diperhatikan. Hal itu berubah sedjak
muntjulnja sardjana-sardjana jang berpendapat bahwa karangan Markus adalah
paling asli. Lukas menggunakannja sebagai sumber utama karangannja, dan
karangan Mateus dalam bentuknja jang kita punjai, sangat dipengaruhi olehnja.
Dan minat terhadap karangan ini bertambah besar pula, sedjak seorang ahli
menemukan suatu gagasan istimewa dalam susunannja. Dalam susunan itu Markus
menggambarkan bagaimana Jesus, mulai dengan samar-samar, perlahan-lahan,
selangkah demi selangkah, makin lama makin djelas menjatakan diri sebagai Mesias
dan serentak dengan itu menundjukkan hakekat Keradjaan Allah jang
dimaklumkannja. Kalau kita membatja karangan ini sambil memperhatikan djalan
perkembangan itu, kita melihatnja sebagai rentjana Jesus jang sengadja
dipilihnja, dan dalam pada itu kita mengerti sebabnja pula. Pokoknja ialah
anggapan orang-orang Jahudi tentang Mesias jang didjandjikan dalam Kitab Sutji.
Mereka tidak menangkap arti rohani kiasan-kiasan dan perbandingan-perbandingan
jang digunakan para nabi untuk menggambarkan keagungan Mesias dan kemuliaan
keradjaannja. Akibatnja, mereka membajangkan Mesias sebagai seorang radja
turunan David, gemilang dan gagah perkasa, jang pertama-tama memerdekakan umat
Israel, kaum terpilih, dari pendjadjahan kaum kafir dan memulihkan keradjaan
David jang djaja dan makmur. Memang jang serentak djuga mengamalkan hukum
taurat dengan sempurna. Lagipun bahwa Keradjaan Allah baru itu, dengan
keradjaan Jahudi sebagai pusatnja akan menguasai segala bangsa.
Seandainja Jesus pada muntjulNja segera memaklumkan bahwa Ia
adalah Mesias jang diharapkan kedatanganNja, tentu sadja orang ketjewa, sebab
mereka mengenalNja hanja sebagai tukang kaju dari Nasaret. Dan bila kemudian
mereka terpesona oleh mukdjizat-mukdjizat gilang-gemilang jang dikerdjakannja,
maka mungkin sekali terdjadi apa jang dichawatirkan Jesus sesudah perbanjakan
roti (Jo. 6:15), jaitu bahwa orang dengan ramai akan memproklamirkanNja sebagai
Mesias-Radja dan membawaNja ke Jerusalem untuk dilantik dengan resmi. Dan kalau
itu terdjadi, nasibNja tentu sadja sama dengan beberapa mesias-mesias palsu
jang berpolitik dan telah dihukum mati sebagai pemberontak.
Perlu sekali dengan daja pikir dan intuisi mereka sendiri,
orang lama- kelamaan insjaf, bahwa Jesus datang dari Allah, mengadjar dan
bertindak betul- betul atas nama Allah, dan kuasa Allah sendiri bekerdja
didalamnja. Kepertjajaan bahwa Ia betul-betul Mesias dan Putera Allah harus
timbul dari pengertian mereka sendiri dan demikian djadi berakar pasti dalam
batin mereka. Dan serentak dengan itu harus bertumbuh keinsjafan bahwa Ia
sedikitpun tidak bertjita-tjita politik, melainkan kemuliaan KeradjaanNja serba
rohani dan surgawi, dan tjita-tjitanja tepat bertentangan dengan tjita-tjita
jang serba duniawi.
Susunan karangan
Rentjana Jesus jang tampak dalam susunan karangan dapat
dibagi atas dua babak. Titik peralihan dari jang satu kepada jang lain terletak
dalam pengakuan Petrus (8:29).
Babak pertama
Dalam babak pertama Jesus terutama bergerak diantara rakjat
djelata, sambil diiringi oleh sekelompok murid-muridNja dan para rasul. Ia
memaklumkan Keradjaan Allah dan menerangkan sifat-sifat, tuntutan-tuntutan dan
tjita-tjitanja, tetapi masih setjara terselubung. la menjatakan kuasa IlahiNja
dalam mukdjizat- mukdjizat jang dibuatNja melulu untuk menolong orang dalam
kesusahannja. Dan demikian Ia menundjukkan keluhuran hatiNja dan tjinta
IlahiNja sebagai pernjataan tjinta Allah. Tetapi dalam pada itu Ia tidak
mengingatkan orang kepada nubuat-nubuat para nabi jang ditepati padaNja, pun
tidak menamakan Diri dengan suatu gelaran atau sebutan jang terkenal sebagai
gelaran Mesias.
Sebab hatinja jang masih murni, maka murid-murid Jesus,
chususnja para rasul, tetapi djuga rakjat djelata, tjukup berintuisi untuk
makin lama makin mengerti. Mereka mulai meraba-raba; mungkin Ia Joanes Pemandi
jang hidup kembali, atau Elias ataupun nabi utama jang ditunggukan sebagai
pelopor Mesias (8:28). Mereka sudah mulai berpikir lebih djauh lagi, seperti
terkandung dalam tjetusan- tjetusan ketakdjuban dalam 1:27: Apakah itu? Sabda
penuh kekuasaan. Roh djahat malahan takluk kepadanja. Bandinglah Mt. 8:27 dan
Lk. 4:36, jang agak lebih terang lagi. Tetapi mereka belum sampai mengenalNja
dengan agak njata sebagai Mesias atau berani menjebutnja dengan suatu gelaran
jang menundjuk kepada Mesias.
Kalangan-kalangan atasan, chususnja para ahli taurat dan
parisi tjukup tjerdik untuk mengerti bahwa Ia menjatakan Diri dan bertindak
sebagai Mesias, tetapi mereka membungkem suara hatinuraninja, karena
kesombongan dan tjita-tjita duniawinja. Mereka tetap tidak mau mengerti, dan
memang sukar masuk akal baginja, bahwa mungkin seorang tukangkaju dari rakjat
djelata jang tak berminat terhadap tjita-tjita politik umat Allah, dan jang
tjita-tjitaNja serba rohani, adalah Mesias, jang diharapkan. Akibatnja mereka
makin lama makin lebih menentang dan membentjiNja.
Rasul-rasul jang bekas murid Joanes Pemandi telah mendengar
dia menjebut Jesus Anak-domba jang mengambil dosa dari dunia. Dan Andreas
berkata kepada saudaranja Simon: kami telah menemukan Mesias. Dan utjapan
Pilipus kepada Natanael lebih njata lagi. Batjalah Jo.1:35-51. Meski demikian
mereka tentu belum mengerti hakekat utjapan-utjapan itu. Djuga bagi mereka
Jesus masih tetap misteri penuh rahasia. Tentu mereka tjukup berintuisi dan
menduga-duga, tetapi belum berani mengutjapkan dugaannja. Sampai pada suatu
ketika tertentu.
Saat peralihan
Pada suatu hari didaerah Sesarea Pilipi Jesus bertanja
kepada para rasul: Orang menjebut Aku siapa? Djawab mereka: Joanes Pemandi,
lain orang Elias, jang lain pula salah seorang dari antara para nabi. Lalu
Jesus bertanja: Tetapi kamu ini, kamu menjebut Aku siapa? Petrus mendjawab:
Engkau Mesias. (Mk. 8:27-29). Berita ini dalam karangan Mt. lebih luas dan
tegas. Baiklah batja Mt. 16:13-20. Jesus masih melarang beritahukan itu begitu
djelas kepada orang banjak. Dan sedjak itu Jesus menarik Diri dari keramaian
orang banjak di Galilea, untuk chususnja mengadjar dan mendidik murid-muridNja,
teristimewa para rasul.
Babak jang kedua
Pada tingkatan kepertjajaan murid-murid jang pasti itu,
dapatlah Jesus membentuk pengertian jang lebih tinggi dan mendalam tentang
hakekat tugasNja sebagai Mesias dan tentang tuntutan-tuntutan dan tjita-tjita
Keradjaan Allah, jang agak sukar masuk akal bagi manusia kodrati. Dan segera
Jesus "mulai mengadjar mereka" (8:31) bahwa "Putera
manusia" perlu menderita banjak, dan dibuang (sebagai batu sendi) oleh
mahkamah agung dan dihukum mati, diserahkan kepada orang-orang kafir untuk
dibunuh, dan dalam pada itu Ia akan dihinakan, diludahi, dan didera. Tetapi
djuga bahwa Ia akan bangkit pula pada hari jang ketiga. Pernjataan itu
diberikan tiga kali. Kali pertama segera sesudah pengakuan Petrus (8:31).
Petrus terkedjut dan membantah. Jesus menegur: "Undurlah, hai penggoda, engkau
berpikir setjara manusia, bukan setjara Allah. Kedua kalinja sesudah la
menampakkan Dirinja dalam kemuliaanNja diatas gunung (9:31). Murid-murid tidak
mengerti dan diam sadja. Ketiga kalinja, ketika Ia naik ke Jerusalem, dan Ia
berdjalan dimuka. (10:52-34). Mereka terkedjut dan semua orang jang mengikuti
pada takut.
Dan berselang-selang dengan pernjataan itu Jesus menjatakan
tuntutan-tuntutan dan tjita-tjita Keradjaan Allah, jang sukar masuk akal bagi
manusia jang berketjenderungan djasmani dan duniawi. Siapa jang hendak masuk
keradjaan Allah harus mendjual harta-bendanja dan mengikut Jesus dalam
kemiskinan. Hampir tak mungkin orang-orang kaja masuk. Siapa ingin mendjadi
besar didalam Keradjaan Allah harus merendahkan diri dan melajani semua orang
sebagai hambanja. Siapa ingin duduk dekat pada Jesus dalam Keradjaan itu, harus
sanggup minum piala sengsara jang diminum Jesus, dan dipermandikan dengan
permandian seperti jang diterima Jesus, jaitu ditenggelamkan dalam sengsara.
Jang hendak mengikut Jesus kedalam kemuliaanNja harus menjangkal diri, memikul
salibnja tiap-tiap hari, malah bersedia menjerahkan njawanja demi Jesus dan
Indjil, untuk menjelamatkan njawanja, jaitu untuk memperoleh hidup abadi. Nasib
pengikut Jesus tak lain dari nasib Jesus sendiri (13:9).
Sedjak pengakuan Petrus, Jesus menamakan diri "Putera
manusia", suatu gelaran bagi Mesias jang terdapat dalam nubuat Daniel
(Dan. 7:15-14). Ia membiarkan orang memanggiINja "Jesus Putera David"
(10:47) gelaran mana lazim bagi Mesias. la membiarkan pula orang
mengelu-elukannja ke Jerusalem sebagai "Putera David jang datang atas nama
Allah". la menundjukkan kewibawaanNja sebagai Mesias atas rumah Allah,
(menurut Jo. 2:16 sebagai Putera Allah atas rumah BapaNja), dengan mengusir
para pendjual dari kenisah. Kewibawaan jang sama ditundjukkanNja kepada para
penentang dengan mempersalahkan salah paham dan salah sikap mereka. Mereka
mengerti amat baik, bahwa dengan segalanja itu Ia menjatakan Diri sebagai
Mesias dan Putera Allah. Banjak orang pertjaja dan semakin mereka memuliakan
Jesus semakin naiklah irihati dan kebentjian para atasan. Achirnja, didepan
mahkamah agung, atas pertanjaan imam agung sebagai hakim jang resmi, apakah Ia
"Mesias, Putera Allah", dengan terus terang Jesus membenarkannja dan
ditambahNja lagi, bahwa mereka akan melihatNja duduk disebelah kanan Allah jang
Mahakuasa dan bahwa Ia akan datang kembali diatas awan-awan langit. Dan sebab
Ia memberi djawab jang benar atas pertanjaan jang resmi itu Ia dihukum mati.
Riwajat sengsara dan kebangkitan Jesus dalam Markus ringkas sekali. Ketenangan
bahasanja agak menggambarkan ketenangan dan penjerahan para murid djuga. Dari
segala pernjataan Jesus dan dari sikapNja terhadap para penentangNja, mereka
sudah mengerti bahwa la menempuh djalan sengsaraNja dengan penuh kebebasan
kehendakNja dan rela hati, pun dalam kesadaran akan kemenanganNja kelak,
Pernjataan Jesus, bahwa Putera manusia datang untuk menjerahkan njawaNja untuk
penebusan banjak orang (10:45) dan bahwa darahNja akan ditumpahkan bagi banjak
orang (14:24), lagi pula bahwa la akan bangkit pada hari ketiga, tentu sadja
berkesan pada mereka djuga, biarpun kabur-kabur sadja, sebab memang sukar untuk
bertahan. Biarpun mereka melarikan diri sebab terkedjut, tetapi tentu untuk
sementara sadja. Petrus dan Joanes menjusul sampai diistana imam agung, Joanes
sampai dikaki salib. Jang lain barangkali ada diantara mereka jang berdiri
memandang dari djauh (15:40). Itu tentu terkandung dalam Lk. 23:40:
"Segala kenalanNja, diantaraNja wanita-wanita jang mengikutiNja dari
Galilea, berdiri memandang dari djauh". Dan sesudah wafatnja Jesus,
Rasul-Rasul dan murid-murid jang lain tinggal terus bersama-sama di Jerusalem,
tentu sebab dalam lubuk hati mereka hidup pengharapan akan kebangkitan Jesus
djuga, meskipun tidak tahu bagaimana membajangkannja. Baru sesudah kebangkitan
Jesus segala-galanja mendjadi njata bagi mereka.
Wycliffe: Markus (Pendahuluan Kitab)
PENDAHULUAN MARKUS
Penulis. Sekalipun penulis Injil ini tidak disebutkan,
tersedia bukti yang cukup untuk secara positif menentukan siapa penulis itu.
Seluruh kesaksian para Bapa Gereja mula-mula telah menyebutkan Markus, pembantu
Petrus, sebagai penulis Kitab ini. Tradisi tentang kepenulisan Markus dapat
ditelusuri balik hingga Papias yang hidup pada akhir abad pertama atau awal
kedua, dan diperkuat oleh tulisan-tulisan para tokoh seperti Ireneus, Klemen
dari Aleksandria, Origenes, dan Yerom, dan juga dalam Pengantar Anti-Marsiones
dari abad kedua. Bahwa Markus, pendamping Petrus, adalah Yohanes Markus dalam
Kisah Para Rasul 12:12, 25; 15:37-39 tidak disebutkan secara khusus, tetapi
merupakan pendapat yang telah disetujui semua penafsir terkecuali para kritikus
yang lebih radikal. Pengidentifikasian tersebut dikemukakan oleh Vincent Taylor
(The Gospel According to Mark, hlm 26), Harvie Branscomb (The Gospel of Mark,
hlm. xxxviii) dan H.B. Swete (The Gospel According to Mark, hlm. xix).
Bukti yang ada di dalam Injil ini sesuai dengan kesaksian
gereja mula-mula. Pengarang ini jelas mengenal Palestina, khususnya Yerusalem.
Dia membuat acuan-acuan geografis yang secara rinci tepat (11:1), sehingga
menunjukkan bahwa dia mengenal wilayah itu. Dia memahami bahasa Aram. bahasa
orang Palestina, sebagaimana ditunjukkan oleh penggunaan beberapa istilah Aram
(5:41; 7:34) dan oleh fakta tentang pengaruh bahasa Aram di dalam bahasa
Yunaninya. Bahwa dia cukup mengenal berbagai lembaga dan kebiasaan Yahudi dapat
dilihat dari kelancarannya ketika mengacu kepada hal-hal itu (1:21; 2:14, 16;
7:2-4). Semua ciri ini menunjukkan bahwa pengarangnya adalah seorang Yahudi
dari Palestina; dan menurut Kisah Para Rasul 12:12, Yohanes Markus cocok dengan
gambaran ini sebab dia bertempat tinggal di Yerusalem. Selanjutnya, terdapat
beberapa petunjuk di dalam Perjanjian Baru bahwa Markus dan Rasul Petrus menjalin
hubungan yang erat. Bisa dilihat adanya kesamaan yang mencolok di antara garis
besar Injil Markus secara umum dengan khotbah Petrus di Kaisarea (Kis.
10:34-43), yang dapat menunjukkan bahwa Petrus adalah nara sumber bahan tulisan
Markus. Selain itu dapat ditambahkan bahwa Petrus menyebut Markus sebagai
putranya (I Ptr. 5:13).
Oleh karena itu, berdasarkan bukti dari luar dan di dalam
Injil ini sendiri, dimungkinkan untuk memastikan dengan meyakinkan bahwa
Yohanes Markus, putra Maria, dan pembantu Paulus dan Petrus, merupakan penulis
Injil kedua ini, Kita pertama kali mendengar tentang tokoh Markus ini di dalam
Kisah Para Rasul 12:12 ketika ada persekutuan doa di rumah ibunya. Sebagai
pemuda dia ikut pergi dengan Paulus dan Barnabas sampai ke Perga pada perjalanan
misi pertama mereka (Kis. 13:5, 13). Karena ia tidak terus mengikuti rombongan
itu, tetapi pulang, maka Paulus tidak mau membawanya dalam perjalanan yang
kedua (Kis. 15:36-41). Markus justru mengikuti kemenakannya Barnabas (Kol.
4:10) ke Pulau Siprus. Jauh sesudah itu, dia muncul bersama dengan Paulus
ketika dia ditahan di penjara Roma untuk pertama kalinya (Kol. 4:10; Flm. 23,
24). Dia bersama-sama dengan Petrus di Babilonia (I Ptr. 5:13), dan Paulus,
ketika dipenjarakan untuk kedua kalinya. meminta Timotius untuk membawa Markus
ke Roma karena Markus ternyata sangat berguna di dalam pemberitaan Injil (II
Tim. 4:11).
Tanggal dan Tempat Penulisan. Tidak ada pernyataan tegas di
dalam Injil ini, maupun di bagian Perjanjian Baru lainnya, yang sekiranya dapat
dipergunakan untuk memastikan tanggal tertentu penulisan kitab ini. Akhir-akhir
ini para sarjana sebagian besar memperkirakan saat penulisan tersebut di antara
tahun 50 hingga 80 M, dengan sejumlah besar pandangan memilih 65-70 M. Dasar
terbaik untuk menentukan tanggal ialah masukan dari para Bapa Gereja. Ireneus
menyatakan, "Matius juga mengeluarkan sebuah Injil tertulis di antara
orang Ibrani di dalam dialek mereka sendiri, sedangkan Petrus dan Paulus
berkhotbah di Roma sambil meletakkan landasan untuk pembangunan gereja. Setelah
kepergian mereka, Markus. murid dan penafsir Petrus, juga meninggalkan untuk
kita tulisan tentang apa yang telah dikhotbahkan oleh Petrus" (Ireneus,
Against Heresies, III.i.1). Istilah exodon yang di sini diterjemahkan sebagai
"kepergian," dipergunakan di dalam Lukas 9:31 dan mengacu kepada
kematian Tuhan kita. Rasul Petrus juga mempergunakan istilah ini untuk menunjuk
kepada kematiannya sendiri yang sudah dekat (lihat II Ptr. 1:15). Bahwa Ireneus
menempatkan penulisan Injil Markus sesudah kematian Petrus dan Paulus didukung
oleh pendahuluan Anti-Marsionis, yang menyatakan dengan jelas, "Setelah
kematian Petrus, dia (Markus) menuliskan Injil yang sama ini ..." Bukti
ini tampaknya mengharuskan sebuah tanggal sesudah tahun 67 M, tahun yang diduga
merupakan tahun Paulus mati sebagai martir. Dalam pada itu, kenyataan bahwa
nubuat tentang kehancuran Yerusalem (Mrk. 13) tidak disebutkan sebagai sudah
digenapi dapat menunjuk kepada tanggal sebelum tahun 70 M. Dengan demikian,
tanggal yang paling mungkin adalah tahun 67-70 M.
Sekalipun Krisostomus memperkirakan asal usul Injil ini di
Mesir, terdapat cukup banyak alasan untuk menganggap Injil ini lahir di Roma.
Hal itu dinyatakan secara jelas, oleh Pendahuluan Anti-Marsionis dan Klemens dari
Aleksandria, demikian juga oleh Ireneus.
Sidang pembacanya. Nyaris semua berpendapat bahwa Injil yang
kedua ini ditujukan untuk pikiran Romawi. Kebiasaan Markus menjelaskan berbagai
istilah dan kebiasaan Yahudi menunjukkan bahwa pembacanya bukan orang Yahudi
(5:41; 7:2-4; 11, 34). Beberapa pernyataan Klemens dari Aleksandria bahwa
orang-orang di Roma yang mendengarkan khotbah Petrus mendesak agar Markus
memberikan kisah tertulis kepada mereka merupakan dasar yang cukup untuk
beranggapan bahwa Injil ini ditulis untuk orang-orang Kristen di Roma. Bahwa
para pembaca ini adalah orang Romawi dapat dibuktikan dengan adanya berbagai
istilah Latin di dalam kitab ini. Bahwa mereka itu Kristen diperkuat
selanjutnya oleh pengantar Injil ini, yang menganggap sebagian pembaca sudah
memiliki pemahaman sebelumnya. Yohanes Pembaptis diperkenalkan tanpa usaha
untuk mengidentifikasi dirinya; pemenjaraannya dikisahkan seakan-akan sidang
pembacanya sudah mengetahui hal itu; istilah dibaptis (1:4) dan Roh Kudus
dipakai tanpa penjelasan.
Ciri-ciri Khas. Beberapa keistimewaan mencolok di dalam
kisah yang disajikan Markus menjadikan Injil ini unik di antara Injil lainnya.
Gaya penulisannya telah dilukiskan sebagai jelas, kuat dan dramatis. Realisme
yang gamblang merupakan ciri khas dari gaya penulisan Markus dan caranya yang
polos dalam melaporkan fakta. Semua peristiwa dilukiskan tanpa perubahan atau
penafsiran berkepanjangan, dan disajikan dengan gaya laporan
"langsung" oleh saksi mata. Semangat yang nyata dan nada urgensi dapat
dirasakan hampir di seluruh bagian tulisan ini. Istilah khas dalam Injil ini
ialah euthys, yang muncul sekitar empat puluh satu kali dan diterjemahkan
dengan pada saat, seketika itu juga, segera. Berbagai keterangan waktu dalam
bahasa Yunani dipergunakan secara berhasilguna untuk meningkatkan efek dramatis
dan jelas dari suatu kisah hidup yang pada hakikatnya sudah dramatis. Di banyak
tempat dipergunakan istilah-istilah yang sangat kuat. misalnya
"memimpin" (teks bahasa Inggris berbunyi "driveth" = menggiring:
1:12). dibandingkan dengan "dibawa" di dalam Injil Sinoptik lainnya
(Mat. 4:1; Luk. 4:1).
Selaras dengan ciri-ciri khas ini ialah singkatnya kitab ini
dan pendeknya laporan-laporan tentang peristiwa-peristiwa yang dicantumkan di
dalamnya (bdg. Mrk. 1:12, 13; Mat. 4:1-11).
Isi. Injil ini dimulai dengan sebuah catatan singkat
mengenai rangkaian peristiwa yang membuka pelayanan Tuhan kita kepada umum,
yaitu pembabtisan dan pencobaan-Nya. Dengan demikian Markus telah mengabaikan,
dengan sengaja tentu saja, semua kisah tentang kelahiran dan tiga puluh tahun
pertama dari kehidupan Kristus. Dia juga tidak menyebutkan pelayanan awal di
Yudea yang dicatat dalam Yohanes 2:13-4:3. Tanpa memberikan penjelasan apa-apa
mengenai rangkaian peristiwa yang terjadi di antaranya, penulis langsung
berpindah dari pencobaan ke pelayanan di Galilea. Periode pertama dari
pekerjaan-Nya di wilayah utara Palestina ditandai dengan keberhasilan yang
hebat pada saat orang banyak berbondong-bondong datang mendengar Guru baru itu
sehingga Dia menganggap perlu untuk membatasi pertemuan-pertemuan itu di
wilayah pedesaan (Mrk. 1:45). Orang datang dari Yudea dan Idumea di bagian
selatan, dari Perea di bagian timur, dan dari Tirus dan Sidon di bagian utara
(3:7, 8). Secara hampir bersamaan, Injil kita mencatat permulaan dan permusuhan
terhadap Kristus dari pihak pemimpin-pemimpin Yahudi. Permusuhan ini makin
meningkat hingga menjadi permusuhan dari para pemimpin ini dan kecurigaan
bersifat takhyul dari Herodes Antipas, Yesus mulai menyingkir secara teratur
dari Galilea, senantiasa berada di wilayah umum dan sering kali kembali ke
Kapernaum untuk tinggal sejenak. Sepanjang hari-hari ini pekerjaan utama-Nya
ialah membina murid-murid-Nya. Saat yang dengan sengaja Ia tuju makin mendekat
dengan cepat, dan pada saat inilah Dia mulai mempersiapkan kelompok-Nya itu,
bumi ini yaitu kematian dan kebangkitan-Nya.
Menyusul tindakan-tindakan menyingkir untuk membina para
murid, Markus menelusuri perjalanan terakhir Kristus menuju ke Yerusalem
melalui Perea. Dengan berbuat itu penulis kembali mengabaikan sekumpulan bahan
yang cukup banyak. Dia melewati seluruh pelayanan yang belakangan di Yudea dan
bagian terbesar pelayanan di seberang Sungai Yordan di Perea. Selaras dengan
gaya ringkas yang menjadi ciri penulis Injil ini, dia langsung berpindah ke
cerita tentang Minggu Sengsara. Untuk periode yang singkat ini, Markus
menggunakan hampir enam dari enam belas pasal kitabnya ini, suatu perbandingan
yang dapat dibenarkan sepenuhnya apabila kita menyadari bahwa inilah
penggenapan yang memang dituju oleh kehidupan Tuhan kita.
Wycliffe: Markus (Garis Besar)
GARIS BESAR MARKUS
I. Judul 1:1
II. Persiapan Pelayanan Kristus 1:2-13
A. Pendahulu-Nya 1:2-8
B. Baptisan-Nya 1:9-11
C. Pencobaan-Nya 1:12. 13
III. Pelayanan Kristus di Galilea 1:14-6:30
A. Pemanggilan Empat Murid Pertama 1:14-20
B. Perjalanan Khotbah Pertama di Galilea 1:21-45
C. Perkembangan Pertentangan Resmi 2:1-3:12
D. Penugasan Dua Belas Murid 3:13-20a
E. Perhatian dari Kaum Keluarga Kristus dan Berbagai Tuduhan
dari Musuh-musuh-Nya 3:20b-35
F. Perumpamaan-perumpamaan di Tepi Danau 4:1-34
G. Perjalanan ke Gadara 4:35-5:20
H. Perempuan yang Sakit Pendarahan dan Putri Yairus 5:21-43
I. Perjalanan Khotbah yang Lain di Galilea 6:1-30
IV. Penyingkiran-penyingkiran Kristus dari Galilea 6:31-9:50
A. Menyingkir ke Pantai Timur Danau 6:31-56
B. Pembahasan Mengenai Pengangkatan Tradisi yang Berlebihan
7:1-23
C. Menyingkir ke Tirus dan Sidon 7:24-30
D. Menyingkir ke Dekapolis 7:31-8:9
E. Menyingkir ke Kaisarea, Filipi 8:10-9:50
V. Pelayanan Kristus di Perea 10:1-52
A. Pembahasan Mengenai Perceraian, Anak-anak dan Kekayaan
10:1-31
B. Percakapan Ketika Menuju Yerusalem 10:32-45
C. Penyembuhan Bartimeus yang Buta 10:46-52
VI. Pelayanan Penutup Kristus di Yerusalem 11:1-13:37
A. Memasuki Yerusalem dan Bait Suci 11:1-26
B. Aneka Kontroversi Terakhir dengan Para Pimpinan Yahudi
11:27-12:44
C. Apokalipas Bukit Zaitun 13:1-37
VII. Penderitaan dan Kebangkitan Kristus 14:1-16:20
A. Pengkhianatan dan Kesetiaan 14:1-11
B. Penderitaan Tuhan 14:12-15:47.
C. Kebangkitan Tuhan 16:1-20
BIS: Markus (Pendahuluan Kitab)
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MARKUS
PENGANTAR
Buku Kabar Baik oleh Markus dimulai dengan pernyataan:
"Inilah Kabar Baik tentang Yesus Kristus, Anak Allah". Dalam Kabar
Baik itu Yesus ditampilkan sebagai seorang yang banyak bertindak dan yang
berwibawa. Kewibawaan-Nya nyata dalam cara Ia mengajar, dalam kuasa-Nya
terhadap roh-roh jahat, dan dalam mengampuni dosa. Yesus menampilkan diri-Nya
sebagai Anak Manusia yang memberikan nyawa-Nya supaya manusia dibebaskan dari
dosa.
Cerita tentang Yesus dalam buku ini disampaikan secara hidup
dan terus terang. Perbuatan-perbuatan-Nya lebih banyak ditekankan daripada
perkataan dan ajaran-Nya. Setelah kata-kata pendahuluan yang singkat mengenai
Yohanes Pembaptis dan mengenai baptisan Yesus serta cobaan terhadap diri-Nya,
buku Markus ini langsung menceritakan pelayanan Yesus, khususnya tentang
penyembuhan-penyembuhan yang dilakukan-Nya dan tentang pengajaran-Nya.
Pasal-pasal terakhir memuat cerita tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi
pada minggu terakhir dalam hidup Tuhan Yesus di dunia ini, terutama tentang
penyaliban diri-Nya dan kebangkitan-Nya dari kematian.
Kedua bagian akhir dari buku Markus, yang dimasukkan dalam
tanda kurung besar, umumnya dianggap bukan tulisan penulis buku Markus,
melainkan seorang yang lain.
Isi
Pendahuluan
Mr 1:1-13
Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat di Galilea
Mr 1:14-9:50
Dari Galilea ke Yerusalem
Mr 10:1-52
Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mr 11:1-15:47
Kebangkitan Yesus
Mr 16:1-8
Penampakan dan terangkatnya Yesus ke surga
Mr 16:9-20
Ajaran: Markus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi kitab Injil Markus orang-orang
Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang
dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam
kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Markus.
Tahun : Sekitar tahun 50 Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen dari bangsa bukan Yahudi.
(Dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus).
Isi Kitab: Injil Markus terdiri dari 16 pasal. Injil Markus
menunjukkan bagaimana Yesus Kristus, sebagai hamba yang setia, sibuk dengan
pelayanan-Nya. Dalam Injil ini Tuhan Yesus dilukiskan sebagai hamba yang setia.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Markus
Pasal 1-10 (Mr 1:1-10:52).
Hamba yang setia ini melaksanakan tugas pelayanannya
Bacalah pasal Mr 1:35. Nats ini menceritakan bagaimana Hamba
itu memulai pelayanan/tugas-Ny dengan berdoa. Hal ini juga mengajarkan agar
setiap orang percay selalu memulai tugas dan pekerjaannya dengan memohon
pimpinan Tuha atau berdoa. _Tanyakan_: Apakah saudara sering berdoa/sudahkah
anda berdoa?
Bacalah pasal Mr 10:45. Nats ini menyatakan bahwa Hamba itu
datang bukanlah untuk dilayani tetapi untuk melayani dengan menyerahkan
nyawa-Nya menjadi tebusa dosa manusia. Hal ini mengajarkan kepada setiap orang
Kristen untu memberikan pelayanan kepada Allah, yaitu dengan memberitakan Injil
da melayani di dalam gereja.
Pasal 11-15 (Mr 11:1-15:47).
Hamba yang setia memberikan dirinya mengalami penderitaan
dan kematian dalam melaksanakan tugasnya
Nats ini menjelaskan bagaimana Hamba itu melayani dengan
penuh kesetiaan, walaupun harus mengalami penderitaan bahkan sampai kematian.
Pendalaman
Bacalah pasal Mr 14:32-41. (Khususnya ayat 36). Ayat ini
menceritakan bagaimana Hamba yang setia itu berdoa dan memohonkan
keinginan-Nya, tetapi akhirnya Ia mengatakan agar kehendak yang mengutus-Nya
saja yang jadi. Ini mengajarkan kepada setiap orang yang percaya, agar dalam
doanya selalu meminta kehendak Allah saja yang jadi. _Tanyakan_: Bagaimanakah
doa saudara kepada Allah?
Tuhan Yesus setia melayani kehendak Bapa, bahkan sampai mati
di kayu salib dan bangkit dari kematian. Teladan apakah yang harus ada pada
kita sebagai murid-murid-Nya?
Pasal 16 (Mr 16:1-20). Hamba yang setia dipermuliakan Nats
ini menceritakan tentang Hamba yang setia itu memperoleh kemuliaan melalui
kebangkitan-Nya dari kematian.
Pendalaman
Bacalah pasal Mr 16:1-19. Nats ini menjelaskan tentang Hamba
yang setia itu membuktikan kebangkitan-Nya. Ini mengajarkan kepada orang
percaya bahwa Yesus Kristus benar-benar bangkit dari kematian-Nya.
_Tanyakan_: Kepada siapakah Tuhan Yesus menampakkan diri
setelah kebangkitan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Markus dibuktikan bahwa Yesus Kristus adalah
Hamba Allah yang memberikan diri-Nya sebagai korban atas dosa-dosa manusia.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
Siapakah penulis Injil Markus?
Apakah pokok pengajaran Injil Markus?
Untuk apakah Yesus Kristus datang ke dunia ini?
Pelajaran rohani apakah yang saudara terima dar mempelajari
Injil Markus?
Intisari: Markus (Pendahuluan Kitab)
Buku pegangan guru Kristen
SIAPAKAH YOHANES MARKUS?
1. Dia adalah kemenakan Barnabas (Kol 4:10).
2. Dia tinggal di Yerusalem bersama ibunya, Maria (Kis
12:12). Jemaat berkumpul di rumahnya.
3. Dia pergi bersama Paulus dan kemenakannya pada perjalanan
misi yang pertama (Kis 13:5).
4. Markus meninggalkan teman-temannya setelah beberapa waktu
berada di Siprus (tanah kelahiran Barnabas, Kis 4:36), mungkin karena ia tidak
setuju atas tindakan Paulus yang mengambil alih pimpinan.
5. Dia kembali ke Yerusalem (Kis 13:13).
6. Di Yerusalem ia memperoleh banyak kesempatan untuk
berbicara dengan Petrus.
7. Kemungkinan besar Petruslah yang membuat Markus percaya
kepada Yesus; Petrus menyebutnya 'Markus anakku', dalam 1Petrus 5:13.
8. Secara umum diakui bahwa Markus menulis kabar baik
tentang Yesus sesuai dengan apa yang didengarnya dari Petrus.
9. Ada yang berpendapat bahwa Markus adalah anak muda yang
disebut-sebut dalam Markus 14:51, 52, tetapi hal ini tidak dapat dibuktikan.
WAKTU PENULISAN.
Injil Markus mungkin merupakan Injil yang paling awal
ditulis, yaitu antara tahun 65 dan 70 M, sebelum Bait Allah di Yerusalem
dihancurkan. Tampaknya baik Matius maupun Lukas telah memakai Injil Markus
untuk penulisan Injil mereka.
MISTERI INJIL MARKUS.
Markus memperlihatkan pada kita Yesus yang mempunyai
rahasia. Dalam Injil Markus kita mendapatkan Yesus tanpa publisitas...
1. Roh jahat diperintahkan-Nya untuk diam (Mar 1:25, 34;
3:12).
2. Mereka yang sudah disembuhkan oleh Yesus dilarang
menceritakan pengalaman mereka (Mar 1:44; 5:43; 7:36).
3. Pengikut Yesus sendiri diperintahkan untuk tidak
menceritakan ke pada orang lain bahwa Ia adalah Mesias (Mar 8:30).
4. Dan Yesus memberitahukan para pengikut-Nya secara pribadi
tentang 'rahasia Kerajaan Allah' (Mar 4:10-12).
Lalu, bagaimana kita menafsirkan maksud rahasia ini? Masalah
yang dihadapi Yesus ialah bahwa orang Yahudi mempunyai pemahaman yang salah
mengenai Mesias. Karena Yesus menentang pemahaman mereka yang salah, maka kita:
1. Tidak menerima pemahaman tersebut, karena pendapat umum
tentang Mesias bersifat politis dan manusiawi, bukannya spiritual dan Ilahi.
2. Tidak menolak, karena Yesus benar-benar adalah Mesias;
banyak mukjizat dilakukan-Nya (paling tidak ada 17 mukjizat yang dicatat oleh
Markus) merupakan bukti kebenaran ini.
3. Tetapi, merumuskan kembali pemahaman tersebut, karena
Yesus harus menunjukkan kepada mereka bahwa Ia adalah Mesias yang melayani,
menyelamatkan dan menderita, yang sepenuhnya manusia tetapi juga sepenuhnya
Allah.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Ini adalah Injil terpendek, padat dan ringkas. Markus
mengetengahkan hal-hal penting yang dapat dipakai sebagai bahan acuan langsung.
Kata 'segera' ditulis lebih dari empat puluh kali dan rupanya untuk memacu kita
dari satu kisah menarik ke kisah menarik berikutnya.
Pesan
1. Yesus: Anak Allah. Markus mulai dengan kata-kata: 'Inilah
permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah.' Mar 1:1
2. Yesus: Anak Manusia. o Markus juga menunjukkan kepada
kita kemanusiaan Yesus: o Ia berdukacita. Mar 3:5 o Ia berbelas kasihan
terhadap orang banyak. Mar 6:34 o Ia takut dan gentar. Mar 14:33 o Markus
memakai sebutan 'Anak Manusia' empat belas kali; sebutan yang paling disukainya
untuk Yesus.
3. Kata-kata yang benar-benar diucapkan Yesus. Markus
mencatat bagi kita apa yang diingat
Petrus tentang beberapa kata dari bahasa Aram yang dikatakan
Yesus:
o 'Talita kum!', Hai anak, bangunlah!' Mar 5:41 o 'Efata!',
'Terbukalah!' Mar 7:34 o 'Eloi, Eloi, lama sabakhtani?', 'Allahku, Allahku,
mengapa Engkau meninggalkan Aku?' Mar 15:34
4. Kebaikan Yesus. Markus mencatat apa yang diingat oleh
Petrus mengenai kebaikan Yesus yang istimewa kepadanya dan kesadaran Petrus
bahwa ia tidak layak menerima semua itu. Petrus membuat Markus tidak menulis
ucapan Yesus tentang Petrus sebagai batu karang, karena Petrus ingat saat ia
tidak bersikap dianggap sebagai batu karang. (Lihat Mat 16:18, 19).
Penerapan
Markus menunjukkan kepada kita:
1. Pentingnya ajaran yang benar.
o Ajaran itu tidak dapat datang dari roh-roh jahat, bahkan
mereka harus takluk
kepada kuasa-Nya.
o Ajaran itu tidak dapat datang dari mereka yang telah
disembuhkan, walaupun
mereka sungguh bersyukur.
o Ajaran itu tidak dapat datang dari para rasul, sampai
mereka sungguh-sungguh
diperlengkapi.
Ajaran Kristen bukan suatu pengetahuan, tetapi kebijaksanaan
Ilahi.
2. Mukjizat merupakan hal yang biasa bagi Allah.
o Markus tidak pernah merasa aneh terhadap mukjizat dan
tidak pernah mencoba untuk meremehkannya.
o Mukjizat Yesus menunjuk pada sifat-Nya. Singkirkan
mukjizat, maka Anda akan meragukan ketuhanan-Nya.
o Mukjizat selalu dan akan selalu mengagumkan. Berkali-kali
Markus mengakhiri suatu kisah tentang mukjizat dengan pengamatannya tentang
orang banyak yang menjadi'kagum', 'dipenuhi dengan rasa takjub'.
o Perhatikanlah dengan saksama sejumlah mukjizat dalam pasal
5 yang menunjukkan kuasa Yesus atas
- roh-roh jahat (1-20)
- penyakit (24-34)
- kematian (35-43)
3. Tantangan sering datang dari orang yang taat beragama.
o Para ahli Taurat Mar 2:6
o Orang-orang Farisi Mar 2:24
o Orang-orang Herodian Mar 3:6
o Para imam kepala Mar 11:18
o Orang-orang Saduki Mar 12:18
Tema-tema Kunci
1. Mukjizat Yesus. Buatlah daftar mukjizat yang dicatat
dalam Injil Markus. Bandingkanlah daftar ini dengan jumlah perumpamaan yang
ditulis dalam Injil Markus. Mengapa Markus sangat menekankan mukjizat Yesus?
Mengapa Yesus melakukan Mukjizat? Coba temukan paling sedikit tiga alasan yang
jelas.
2. Tanggapan orang banyak. Carilah ayat-ayat yang merupakan
komentar Markus tentang kekaguman orang banyak ketika mereka menyaksikan
mukjizat Yesus (misalnya Mar 1:27; 2:12; 4:41; 5:15; 6:50 dan seterusnya).
Tulislah berbagai reaksi orang banyak dan jelaskan mengapa mereka memberikan
reaksi yang berbeda-beda.
3. Sebutan istimewa bagi Yesus. Telitilah dalam Injil Markus
dan catatlah sebutan-sebutan istimewa bagi Yesus yang dicatat oleh Markus.
Berapa kali ia menggunakan sebutan Anak, Anak-Ku, Anak Allah, Anak Manusia?
Siapa yang menggunakan sebutan Anak Manusia? Mengapa? (Pelajarilah Dan. Mar
7:13-28 dengan saksama).
4. Kuasa Yesus. Pelajarilah dengan saksama semua pasal yang
menunjuk pada kuasa Yesus: Mar 1;22; 1:27; 2:10; 3:15; 6:7;11:27-33 dan Mar
13:34. Perhatikan secara khusus acuan terakhir ini: 'Sama seperti seorang yang
bepergian: Ia meninggalkan rumahnya dan menyerahkan tanggung jawab kepada
hamba-hambanya'. Ungkapan terakhir ini berarti 'memberikan kuasa kepada hamba-hambanya'.
Garis Besar Intisari: Markus (Pendahuluan Kitab)
[1] PENDAHULUAN Mar 1:1-13
Mar 1:1-1 1
Yohanes dan Sungai Yordan; Yesus dan Roh Kudus
Mar 1:12-13 Pencobaan
selama empat puluh hari
[2] PULANG DAN PERGI KE GALILEA Mar 1:14-7:23
Mar 1:14-20 Pengikut-pengikut
Yesus yang pertama
Mar 1:21-45 Mukjizat-mukjizat
kesembuhan
Mar 2:1-3:6 Lima
peristiwa pertentangan
Mar 3:7-35 Guru
dan murid-murid-Nya
Mar 4:1-34 Selalu
dengan perumpamaan
Mar 4:35-41 Siapa
gerangan orang ini?
Mar 5:1-43 Roh-roh
jahat, penyakit dan kematian
Mar 6:1-6 Akibat
ketidakpercayaan
Mar 6:7-13 Kuasa
yang menyertai ketaatan
Mar 6:14-29 Herodes
membunuh Yohanes Pembaptis
Mar 6:30-44 Lima
roti, dua ikan, lima ribu orang
Mar 6:45-56 Berjalan
di atas air: mukjizat yang mendahului banyak mukjizat lain
Mar 7:1-23 Yang
di luar dan yang di dalam
[3] YESUS DI DAERAH UTARA Mar 7:24-9:50
Mar 7:24-30 Ke
pantai: Tirus dan Sidon
Mar 7:31-37 Kesepuluh
Kota
Mar 8:1-13 Tujuh
roti, beberapa ikan dan empat ribu orang
Mar 8:14-21 Murid-murid
yang bebal
Mar 8:22-26 Di
Betsaida lagi
Mar 8:27-9:1 Lebih
ke utara: Kaisarea Filipi
Mar 9:2-13 "Kami
melihat kemuliaan-Nya": pemuliaan
Mar 9:14-29 Tanpa
doa berarti tanpa kuasa
Mar 9:30-50 Yang
besar dan yang kecil
[4] PERJALANAN KE SELATAN Mar 10:1-13:37
Mar 10:1-16 Pernikahan,
perceraian, anak-anak
Mar 10:17-31 Bahaya
kemakmuran
Mar 10:32-45 Apa
artinya menjadi seperti Yesus
Mar 10:46-52 Bartimeus
Buta di Yerikho
Mar 11:1-19 Yesus
di Yerusalem: Bait Allah dipersiapkan untuk upacara kurban
Mar 11:20-26 Kutuk
terhadap pohon yang tidak berbuah
Mar 11:27-12:44 Permusuhan:
Imam-imam kepala, Ahli Taurat, Tua-tua, orang Farisi, orang Herodian, orang
Saduki
Mar 13:1-37 Nubuat:
sekilas tentang tujuan akhir
[5] PUSAT SEJARAH Mar 14:1-16:8
Mar 14:1-11 Di
Betania: Domba kurban diurapi
Mar 14:12-25 Perjamuan
Tuhan
Mar 14:26-42 Taman
Getsemani: sekilas tentang penderitaan
Mar 14:43-15:15 Ditangkap
dan diadili
Mar 15:16-47 'Disalibkan,
mati dan dikuburkan'
Mar 16:1-8 'Bangkit
kembali dari antara orang mati'
[6] PENUTUP 16:9-20
Mar 16:9-20 Misi
ke seluruh dunia diamanatkan dan dimulai
Injil markus, kitab markus, penulis injil markus, latar belakang injil markus, pengantar injil markus, isi injil markus, latar belakang kitab markus, berita kristen terbaru
No comments:
Post a Comment