Saya adalah seorang bapak dari dua anak laki-laki dan suami seorang wanita wirausaha. Usaha toko kami berkembang sedemikian rupa sampai akhirnya mengalami penurunan pada tiga tahun terakhir. Namun, saya masih menyikapi keadaan ini dengan santai atau mencari bisnis lain.
Selain itu, saya juga berusaha menyeimbangkan antara bisnis, olahraga, dan kehidupan rohani dengan melakukan cross-country seminggu sekali, sementara istri menjaga toko. Saya ingin mengajukan dua pertanyaan kepada Anda:
(1) Melihat secara akademis dari pengisi rubik ini adalah seorang yang kompeten (bergelar MBA), bagaimana mengatasi masalah resesi sekarang ini agar tidak berkesinambungan? (2) Saat ini saya sedang terjerat dalam hubungan yang tidak benar dengan lawan jenis di cross-country sehingga berdampak negatif pada bisnis, juga dalam keluarga saya. Bagaimanakah cara keluar dari perangkap yang satu ini?
Mohon saya diberi pertolongan untuk masalah yang sama alami. Terima kasih sebelumnya. Tuhan memberkati. (NN – Jogja)
Jawaban:
Saya menghargai keterbukaan bapak untuk bertanya melalui rubrik ini. Sebelumnya, saya ingin menegaskan bahwa ini belum akhir dari segalanya. Masih ada kesempatan memperbaikinya dengan mengandalkan Tuhan. Saya pun berusaha memberi penjelasan sesuai kebenaran firman Tuhan, bukan dengan kemampuan akademis saya.
Pertama, mengenai resesi. Resesi adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh perbuatan di masa lalu. Seperti yang pernah terjadi di Indonesia pada tahun 1998 lalu, para ahli memperkirakan bahwa hal itu terjadi sebagai akibat perilaku termasuk kebijakan-kebijakan di masa lalu. Jadi, jawaban bagi resesi pun, bila Anda bertanya kepada saya, maka jawaban dari saya untuk resesi yang Anda alami tetap sama: dengan hukum tabur-tuai.
Saya ingin memberi penjelasan lebih rinci, namun pernyataan yang bapak berikan mengenai penurunan dalam bisnis tidak terlalu spesifik sehingga saya tidak bisa menjelaskan lebih banyak. Namun, saya akan memberikan sebuah kesaksian singkat mengenai seseorang yang mengalami krisis—banyak hutang dan bisnis terancam bangkrut—tetapi ia tetap berkomitmen memberi perpuluhan, persembahan, tidak lupa mengatur keuangan dengan benar, termasuk menjalankan bisnis dengan benar. Akhirnya, orang tersebut berhasil lepas dari krisis dalam waktu relatif singkat.
Inilah nasihat pertama untuk bapak. Semoga dapat menjadi solusi untuk krisis yang sedang bapak alami.
Kedua, mengenai dampak affair dalam bisnis dan keluarga. Saya menyarankan untuk bapak segera memperbaiki sebelum terlambat. Lakukan perenungan mengapa sampai bapak terlibat hubungan yang tidak semestinya dengan lawan jenis, padahal bapak sudah berkeluarga. Bila memungkinkan dan saatnya dirasa sudah tepat, bapak dapat berbicara pada istri dan menjelaskan apa yang sedang dialami, kemudian meminta maaf, dan bertobat.
Memang, sebagai pria dan suami yang telah melakukan kesalahan, tidak mudah bagi bapak untuk melakukannya. Mungkin sang istri juga tidak akan mudah untuk memahami, mengampuni, serta mengembalikan kepercayaan terhadap bapak. Namun, demi keutuhan keluarga dan pulihnya hubungan dengan istri dan anak dapat terjadi.
Seandainya bapak merasa tidak bisa mengatasi masalah ini seorang diri, ada baiknya untuk meminta bantuan konselor atau pembimbing. Bisa juga bertemu dengan hamba Tuhan yang bapak percayai. Selain itu, mulailah melibatkan istri dengan lebih lagi dalam setiap aktivitas yang bapak lakukan, bukan hanya sebagai konco wingking (bhs. Jawa) yang kurang lebih berarti “teman belakang” atau pendamping suami dalam arti negatif. Istri yang demikian hanya mengikuti dan menuruti suaminya tanpa pernah dilibatkan dalam berpendapat, mengambil keputusan, atau hanya terlibat dalam urusan dapur saja.
Dalam arti positif, seorang istri hendaknya dapat menjadi partner terbaik untuk sang suami dapat menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya dengan maksimal. Seperti ungkapan yang sering kita dengar bahwa di balik pria atau suami yang kuat, pasti ada wanita yang lebih kuat.
Selain itu, selama proses pemulihan dalam keluarga, ada baiknya untuk bapak meninggalkan cross-country selama beberapa waktu supaya bapak tidak bertemu dengan wanita tersebut yang dapat membuat usaha perbaikan hubungan keluarga menjadi semakin sulit. Selamat mempraktikkan. Doa saya menyertai bapak. Tuhan memberkati
diambil dari . ebahana.com
No comments:
Post a Comment