Kisah Kehidupan Kristen Inspiratif Tentang Johan Bakri
Kisah Kehidupan Kristen Inspiratif.
Johan Bakri adalah nama pemberian sang ayah. Namun pria ini lebih memilih dipanggil Aldo karena rasa benci yang begitu besar terhadap sang ayah yang berlaku kasar dan keras dalam mendidik anak. “Saya marah sama beliau. Saya nggak mau banget dipanggil sama nama pemberian dia. Saya nggak mau dipanggil Johan, saya lebih suka dipanggil Aldo,” tuturnya.
Benci dengan sang Ayah
“Dia memperlakukan saya dan adik-adik saya itu sangat kasar.
Punya papa seperti papa saya itu suatu tekanan yang luar biasa. Ketika papa
pulang, kita merasa sangat takut, sangat nggak nyaman. Pengena ceppet-ceppet
papa pergi lagi deh”.
Sementara bagi seorang anak kecil seperti Aldo, dia berharap
bisa memiliki figure ayah pada umumnya; penuh kasih dan sayang. Sayangnya, hal
itu tidak didapatkan dari orangtuanya. Akibatnya, Aldo yang tidak pernah
mendapatkan kasih sayang itu akhirnya mencarinya di luar rumah. Dia mulai
bergaul dengan banyak orang muda lain yang suka nongkrong dan nge-band.
Aldo mengaku mendapatkan kasih sayang yang dia inginkan di
sana. Perhatian dan kepedulian dari teman-temannya membuatnya nyaman dan betah
berada di luar rumah. Haal itulah yang kerap membuat Aldo tidak merindukan
rumah sama sekali.
Seperti perumpamaan bahwa ‘buah jatuh tak jauh dari
pohonnya’, begitu pula yang dialami Aldo. Dalam pergaulannya itu, Aldo
berperilaku persis seperti sang ayah. “Cara saya ngomong ke orang, cara saya
marah ke orang seperti papa marah ke saya. Itu akhirnya menular ke saya. Saya memperlakukan
temen-teman saya, kadang-kadang kalau saya nggak suka, pernah ceweknya temen
saya agak ngomong nyakitin hati saya, trus saya bilang gini ‘Gue pukul loe. Eee
gue hantam juga nih’. Saya megang the botol waktu itu. Trus ceweknya bilang
‘Hantam nih’. Saya hantam benneran. Nggak pake pikir panjang saya hantam, saya
pukul kepalanya. Pecah teh botol itu,” terang Aldo saat menjelaskan kejadian di
masa lalu itu.
Menghadapi masa-masa ekonomi yang begitu sulit
Di usia yang masih sangat muda, Aldo pun akhirnya memutuskan
untuk menikahi wanita yang dia cintai, Nani Ria (yang kini menjadi istrinya).
Kebahagiaan di awal pernikahan berakhir sejak Aldo dipecat dari pekerjaannya.
Semua hal tampak berubah. Aldo mulai kasar, berselingkuh dan frustrasi dengan
kondisi keuangan keluarga yang semakin menipis.
“Karena satu kebutuhan yang sangat mendesak akhirnya saya
coba untuk datang ke papa. Tapi saat itu papa lagi ada tamu. Karna mungkin
didukung oleh situasi malu, marah, udah bosen gitukan, dan saat itu memang kebutuhan
saya udah urgent banget buat anak jadi ayo gue ladenin hari ini,” terangnya.
Cerita renungan Kristen, kumpulan cerita Kristen, cerita inspirasi rohani, kisah kehidupan Kristen, kisah nyata inspiratif Kristen, cerita bijak Kristen, kisah inspiratif kristen tentang kasih, kisah inspiratif dan motivatif Kristen, kisah inspiratif Kristen, inspirasi Kristen, cerita renungan Kristen, inspirasi rohani Kristen, kumpulan cerita Kristen, renungan inspiratif Kristen, inspirasi rohani kristen terbaru, kisah inspiratif rohani
Saat itulah Aldo mulai bergulat dengan sang ayah tepat di halaman rumah. Sang ayah dengan menggenggam sebilah samurai panjang dan Aldo dengan sebuah celurit. Keduanya pun bertengkar hebat. Hingga saat keduanya merasa kelelahan, air mata mulai menetes di pipi keduanya.
Dalam kondisi ekonomi yang semakin sulit waktu itu ditambah
dengan kabar bahwa sang istri tengah mengandung anak kedua, Aldo harus berjuang
keras mencari cara untuk mendapatkan uang demi memenuhi kebutuhan hidup. Dia
seolah tak punya jalan lain selain menjadi pengedar narkoba. Hal ini semakn
mudah baginya karena saat itu dirinya pun adalah seorang pecandu narkoba.
“Karena keuntungannya besar, kerjanya santai, saya putuskan untuk jualan
barkoba”.
Dipenjara lalu bertemu dengan Yesus
Mimpi buruk lainnya pun harus dialami Aldo. Dengan nahasnya,
dia ditangkap polisi saat tengah membawa setumpuk narkoba yang rencananya akan
dijual. Aldo pun mendekap di sel penjara sementara kesulitan ekonomi masih
terus menghimpit kondisi rumah tangganya. Sang istri yang sudah hamil lima
bulan ternyata harus keguguran. Kabar itu membuat Aldo semakin frustrasi. Dalam
posisinya yang begitu sulit waktu itu, dia harus memikul beban yang datang
secara bersamaan. “Saya marah sama Tuhan. Saya bilang, ‘Tuhan tega banget’.
Saya pikir gini. Ya Tuhan pikir aja gitu, istri saya keguguran. Kita butuh
uang. Harus masuk rumah sakit, segala macem. Secara saya juga punya anak satu
di luar. Buat saya Tuhan nggak adil banget!”.
Pertolongan Tuhan tepat pada waktunya. Ya, itulah yang
dialami Aldo dimasa-masa sulit itu. Lewat sebuah lagu rohani yang didengarnya,
hati Aldo tergerak untuk mencari Tuhan. Aldo pun ikut dalam sebuah ibadah yang
digelar di sel penjara. Di sana dia menerima bahwa ada pribadi yang setia,
yaitu Yesus. “Di dalam Ibrani 13 ayat 5 "Aku sekali-kali tidak akan
membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau" Dan
itu saya terima dalam hidup saya. Saya merasakan Tuhan Yesus itu beda. Untuk
kita di penjara, Dia itu sudah betul-betul seperti Bapa kita. Bahkan buat saya
pribadi, saya membayangkan ini Bap ague yang sesungguhnya. Karena apa? Karena
Bapa yang benner kayak gitu, Dia tidak akan meninggalkan saya sekalipun Dia marah,
tapi Dia mendidik”.
Ya, Aldo mengakui dan menerima bahwa Yesus adalah pribadi
Bapa yang sesungguhnya. Lewat sosok Yesus, Aldo berkomitmen memulai hidup yang
baru. Dia ingin segala kemarahan dan kebencian yang selama ini masih tinggal di
dalam hatinya selesai, khususnya harus mengampuni sang Papa. Dengan komitmen
itulah Aldo dengan hati terbuka mau mengampuni sang ayah di akhir-akhir masa
hidupnya.
Sejak itulah ayah dua anak ini dimerdekakan atas kebencian
dan kemarahan sejak masa kecilnya. Kasih Bapa yang dia terima dalam Yesus
Kristus mengajarkan Aldo akan kasih yang sesungguhnya. Keputusan untuk mencoba
mengubah hidupnya menjadi lebih baik akhirnya mengubahkan seluruh aspek
hidupnya, mulai dari pemulihan karakter, kebiasaan lama hingga kondisi keluarga.
No comments:
Post a Comment