Kesaksian Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
Kesaksian Pdt. Abraham Alex TanuseputraTahun 2005 adalah tahun monumental dalam perjalanan pelayanan saya di dunia ini. Kasih karunia-Nya begitu besar, sehingga saya bisa memasuki tahun ke 40 dalam pelayanan. Untuk itu, saya mengambil waktu secara khusus merenungkan perjalanan pelayanan sampai dengan hari ini. Banyak hal yang Tuhan ungkapkan untuk saya mengerti arti pelayanan selama 40 tahun ini. Pengertian-pengertian yang menjadikan saya takjub, kagum dan semakin percaya bahwa Dia-lah, Tuhan Yesus Kristus yang membawa dan mempercayai saya berada di dalam ladang pekerjaan-Nya.
Dari berbagai pengertian atau understanding yang Tuhan bukakan, satu di antaranya membuat saya terharu dalam sukacita. Yakni understanding tentang cara Tuhan, pada waktu Ia membawa saya masuk ke dalam kehendak-Nya yang luar biasa, yaitu cara Tuhan yang selalu “memaksa” saya. Dia membawa saya kepada suatu keadaan di mana saya tidak dapat menghindar atau lari dari keadaan itu. Saya tidak dapat mundur dan “harus” mengerjakannya.
Sejujurnya, kenyataan seperti ini seringkali terjadi dalam pelayanan saya. Kemudian, saya suka melakukan tawar-menawar kepada Tuhan, “Kalau boleh saya tidak ingin mengerjakan hal itu….” Bahkan hampir dalam semua peristiwa penting, saya mentah-mentah menolaknya.
Tetapi seperti saya katakan, Dia selalu “memaksa”. Saya menghindar, Dia mendesak terus. Saya menolak, tetapi semakin “keras” Dia “memaksa” saya, sehingga akhirnya saya takluk, menerima dan melakukan kehendak-Nya.
Ketika saya menolak panggilan Tuhan, melalui pendeta Djao Tze Kwang, panggilan itu kemudian diteguhkan lagi oleh pendeta EB Stube. Saya dipanggil menjadi hamba Tuhan dan melayani pekerjaan pelayanan-Nya. Dalam waktu tidak lama saya mengalami musibah, saya menabrak anak kecil hingga nyaris mati. Orang tua anak yang saya tabrak mengancam akan membunuh saya jika anaknya tidak tertolong dan mati. Saya benar-benar menjadi sangat takut. Tetapi ketika saya, melalui doa semalam-malaman, menyatakan menerima panggilan-Nya, bersedia menjadi hamba-Nya, kemudian saya melihat mujizat besar. Anak yang sudah sekarat dihidupkan Tuhan Yesus dan mengalami kesembuhan yang ajaib.
Begitu juga ketika Tuhan meminta saya untuk mulai melayani di desa-desa sekitar kota Mojokerto, di penjara-penjara tahanan politik, lalu Tuhan minta saya pindah dari Mojokerto ke Surabaya. Mulanya saya dan keluarga merasa berat. Karena pada waktu itu, pelayanan saya di kota Mojokerto mulai tertata. Pembangunan gedung gereja dengan 250 tempat duduk baru saja selesai, rasanya mulai sedikit lega. Awalnya saya menolak pindah, karena di Mojokerto sudah punya rumah, dan pelayanan mulai berjalan baik. Surabaya masih tanda tanya besar buat saya, apalagi saya tidak punya rumah di Surabaya. Bagaimana dengan kehidupan saya dan keluarga di Surabaya?
Tetapi, Tuhan yang menjadi boss saya tetap mengatakan “tinggalkan semua dan pergi ke Surabaya!” Pada waktu saya menolak, Andrew, anak saya yang ketiga yang sudah sembuh dari sakitnya dan bisa berjalan kembali, tiba-tiba kambuh dan tidak bisa berjalan lagi.
Di meja makan, sekali lagi saya berunding dengan isteri untuk kemungkinan pindah ke Surabaya, dan kami mengambil kata sepakat, “Ya Tuhan! Saya mau pindah ke Surabaya.” Ketika saya dan isteri menyatakan mau pindah Surabaya, tiba-tiba terdengar suara seperti sesuatu terjatuh di kamar Andrew. Saya kaget, saya pikir Andrew, jatuh dari tempat tidurnya… Tetapi, Puji Tuhan, mujizat terjadi, ketika saya dan isteri menuju kamar Andrew, saya melihat Andew sedang berjalan. Haleluya! Ketaatan membawa mujizat dan kesembuhan.
Awal di Surabaya, saya dan keluarga harus mengalami banyak pergumulan. Setelah berpindah-pindah, akhirnya Tuhan bawa saya ke Manyar. Mulai dari tujuh orang di garasi mobil, pindah di dalam rumah, ke gereja Awning, gereja Manyar, kemudian ke Graha Bethany Nginden, dan sekarang “memaksa” saya mengerjakan suatu proyek, yang oleh rekan-rekan saya disebut impossible project:Menara Doa Jakarta. Ketika Tuhan sampaikan proyek ini, saya tegas-tegas menolaknya, sebab membayangkan proyek dengan anggaran Rp 2,5 triliun, saya benar-benar “gemetar”, apalagi untuk mengerjakannya. Itulah sebabnya saya benar-benar menolaknya. Di Singapura, kepada rekan yang handle Menara Doa Jakarta, saya katakan, “Tentang Menara Doa Jakarta tolong lupakan saja, sebab saya tidak akan menanganinya.” Seperti peristiwa-peristiwa lainnya, begitu saya menolak, tidak ada angin dan tidak ada hujan, tiba-tiba badai besar melanda kehidupan keluarga saya.
Saya diingatkan Tuhan tentang peristiwa Yunus ketika menolak tugas pelayanan ke Niniwe, menolak dan pergi jalan-jalan ke Tarsis. Angin ribut dan badai menghantam kapal yang ditumpangi. Oleh nahkoda dan penumpang Yunus di lempar ke laut kemudian masuk perut ikan. Tuhan berkata kepada saya: “Kalau kamu obey (taat) the Lord, kamu akan keluar dari mulut ikan. Tetapi kalau tidak obey, kamu akan keluar dari belakang!”
Saya kaget, kalau keluar dari bawah, artinya saya jadi kotoran? Kalau begitu lebih baik saya bertobat, nurut saja kehendak-Nya. Dan Puji Tuhan, begitu saya menjamah kembali proyek Menara Doa Jakarta, badai besar seketika itu juga menjadi reda dan semua persoalan diselesaikan secara ajaib oleh Tuhan.
Puji Tuhan! Setiap apa yang saya tolak, oleh karena memang sangat menakutkan, tampaknya tidak masuk akal, dan sangat mustahil. Ketika saya mengatakan: “kehendak-Mulah yang terjadi”, saya menerimanya. Maka perkara yang sepertinya tidak masuk akal, menakutkan, dibuat-Nya menjadi keberhasilan, dan mujizat terjadi. Apa yang tidak mungkin dibuat menjadi sangat mungkin. Jika Tuhan yang memerintah, Dia juga yang bertanggung jawab. Tuhan yang memanggil, Tuhan juga yang melengkapi. Dia yang memulai dengan baik, Dia juga yang akan melanjutkannya sampai selesai sempurna seperti yang dikehendaki-Nya.(Filipi 1:6)
Kesaksian Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
Dari semua pengalaman dan “perlakuan” Tuhan Yesus yang “memaksa” saya untuk saya menerima dan mengerjakan kehendak-Nya, akhirnya saya mengerti bahwa Tuhan Yesus melakukan semuanya itu bukan hanya karena Ia sangat mengasihi saya. Tetapi lebih dari itu, Tuhan Yesus ingin saya melayani seperti Dia melayani Bapa. smart and perfect, dengan cerdas dan sempurna. Karena itu, dengan kasih dan kesabaran-Nya yang luar biasa Tuhan menuntun dan melatih saya menjadi smart and perfect.Setahap demi setahap, dimulai dari perkara-perkara yang kecil, ke perkara yang lebih besar, seterusnya sampai ke perkara yang lebih lagi dan lebih lagi. Semuanya itu bukan karena kekuatan saya, tetapi Tuhan Yesus yang mengerjakannya. Saya hanya memberi respon, mengikuti semua yang Dia kehendaki untuk saya mengerjakannya.
Seperti rasul Paulus yang menempatkan mengikut Kristus sebagai konsep dasar pelayanannya: Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus. (1 Korintus 11:1) Tanpa saya sadari, sebenarnya konsep hanya mengikuti Kristus itu juga menjadi prinsip pelayanan yang Tuhan ajarkan untuk saya melakukannya. Bukan saya, tetapi Tuhan Yesus Kristus saja yang berperan penuh untuk semua karya-Nya dalam hidup dan pelayanan saya.
Kesaksian Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
Sekali lagi, saya hanya menyampaikan respon saja. Mulai dari gereja-gereja di desa-desa di sekitar Mojokerto, gereja di kota Mojokerto, di Bethany Manyar Rejo, hampir seribu gereja di Indonesia dan beberapa di luar negeri, di Graha Bethany Nginden, dan sekarang di Menara Doa Jakarta.Dari understanding tersebut, saya menjadi semakin yakin dengan apa yang sering saya sampaikan kepada rekan-rekan sepelayanan. Bahwa tidak seorang pun patut untuk menyebut dirinya pemimpin, saya juga bukan pemimpin. Dia-lah, yaitu Mesias, Tuhan Yesus Kristus sang pemimpin saya. Saya hanyalah hamba yang mengikuti tapak langkah karya-Nya dengan mengerjakan bagian saya di ladang pelayanan-Nya . Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. (Matius 23:10)
Pemahaman tentang ketaatan mengikuti langkah pelayanan Tuhan Yesus sebagai strategi dalam pelayanan, adalah garis besar yang saya bagikan kepada hamba-hamba Tuhan, rekan-rekan sepelayanan dalam ladang Tuhan yang ingin mengalami keberhasilan. Bukan berarti saya telah berhasil, tetapi itulah rahasia yang Tuhan ungkapkan selama 40 tahun dalam pelayanan, saya sendiri juga akan terus berjuang sampai di garis akhir.
Pada dasarnya, tidak ada kata kunci sukses lain dalam pelayanan selain mengikuti langkah-langkah pelayanan Tuhan Yesus. Sebuah perjalanan pelayanan sukses Tuhan Yesus, dari padang gurun ketika Ia dicobai iblis sampai di taman Getsemani, menjadi alur utama uraian kesaksian perjalanan, pasang-surut, pelayanan saya selama 40 tahun. Tonggak perjalanan satu generasi yang memberikan pencerahan tentang makna penting-nya menjadikan Tuhan Yesus sebagai satu-satunya pola dalam pengabdian pelayanan semua hamba-hamba pilhan Allah.
Ada lima pokok pengertian yang saya akan bagikan melalui tulisan ini.
Pertama, penegasan kembali bahwa melayani Tuhan adalah kasih karunia Tuhan, yaitu panggilan suci atas orang-orang pilihan-Nya. Hanya oleh anugerah dan kasih karunia-Nya saja, saya yang aslinya lemah dan penuh dengan kekurangan menjadi hamba Tuhan dan melayani Dia.
Kedua tentang kuasa atau, power, dalam penguasaan diri, pokok penting yang selalu menjadi kendala dalam pelayanan. Harus saya katakan sejujurnya, juga dalam pasang-surut pelayanan saya. Semua rekan-rekan saya di pelayanan mengenal betul keadaan saya, bahwa saya seringkali “meledak-ledak”, tetapi bersyukur ada Roh Kudus, khususnya melalui istri saya, yang selalu menolong saya, ngerem saya untuk saya tetap berada dalam jalur penguasaan diri.
Ketiga, kuasa dalam ketaatan, the power of obey the Lord, suatu bentuk ketaatan total dan tanpa syarat yang mendatang kuasa bagi kebutuhan dalam pelayanan. Berbeda dengan penguasaan diri yang orientasinya dari diri sendiri dan hubungannya lebih banyak ke situasi dan keadaan sekitar.
Obey the Lord berbicara tentang hubungan antara diri sendiri dengan Tuhan, diri sendiri yang telah menyatakan komitmennya sebagai hamba yang siap menerima perintah, dengan Tuhan yang menjadi Tuan yang membagi-bagi pekerjaan atas hamba-hamba-Nya. Yang setia pada komitmennya, taat, akan dilengkapi kuasa dari tempat yang maha tinggi. Tidak taat, tidak setia pada komitmennya, tidak akan diberi perlengkapan apapun. Yang taat dilengkapi, tetapi yang tidak taat akan dikurangi.
Keempat adalah the power of relationship, yaitu pembahasan tentang pentingnya membangun relasi kesemua arah yang pada akhirnya terbukti mendatangkan kuasa Allah atas hamba-hamba-Nya yang melayani. Tuhan Allah, setelah penciptaan langit, bumi dan segala isinya, kemudian me-merintahkan manusia ciptaan Allah untuk hanya menguasai alam semesta, dan tidak memerintahkan manusia untuk menguasai manusia yang lain. Kepada sesama manusia Allah memerintakan untuk saling melayani. Membangun hubungan dengan Tuhan dan membangun hubungan dengan sesama manusia, bukan dengan menguasainya, tetapi dengan melayaninya.
Dan yang kelima, adalah kuasa dalam melangkah, the power of action, melangkah sebagai tindakan iman. Seperti yang dikatakan dalam surat Yakobus, iman tanpa perbuatan hakekatnya adalah mati. Seringkali saya katakan, orang boleh punya misi dan visi yang luar biasa, punya perencanaan yang hebat, strategi yang tepat, organisasi yang rapi, program dan manajemen yang rinci. Tetapi tanpa action, maka semua yang direncanakan hanya menjadi mimpi saja. Action mengubah angan-angan yang diawan turun kebumi dan menjadi kenyataan, tindakan mengubah mimpi dalam tidur menjadi realita dalam kehidupan nyata.
Tidak seorangpun sempurna, apalagi saya yang sering lepas dan kadang hampir-hampir keluar dari jalur yang Tuhan ajarkan untuk saya berada di dalamnya. Tetapi sekali lagi puji syukur bagi-Nya!, melalui kuasa Roh Kudus, Ia memampukan saya masuk kembali dalam tiga jalur sebagaimana diatas. Ketika saya hampir-hampir tidak dapat menguasai diri, dan tidak obey, Roh Kudus yang ada di dalam saya menginsyafkan.
Saya bertobat dan masuk lagi dalam penguasaan diri dan obey the Lord, dan pada saat itulah, saat dimana saya menguasai diri dan taat kepada perintah-Nya, maka kuasa dan pengurapan Allah melimpah dan memampukan saya untuk mengerjakan perintah yang Tuhan minta untuk saya menyelesaikannya.
Saya sadar saya punya banyak kelemahan dan kekurangan, bahkan banyak orang yang jauh lebih punya kemampuan dibanding dengan saya. Tetapi ketika saya terus berada dalam penguasaan diri, obey the Lord, membangun dan memelihara hubungan dengan Tuhan dan sesama, ketika saya melangkah sesuai pewahyuan-Nya. Maka pada saat itulah janji Tuhan untuk melengkapi hamba-hamba-Nya, saya membuktikan, benar-benar digenapi. Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya. (1 Petrus 5:10)
Seperti manusia yang lainnya, saya jauh dari sempurna. Diatas janji Tuhan, saya yakin, saya yang tidak akan sempurna akan terus diproses, sampai Ia yang sempurna menyempurnakan hidup dan pelayanan saya. Oleh karena itulah, tidak ada kalimat yang lebih tepat untuk saya katakan selain: “Bukan saya yang berhasil, tetapi Tuhan Yesus yang berhasil membawa saya menyelesaikan karya-karya-Nya. Dan bukan saya yang excellent, smart and perfect, tetapi Dia, Tuhan Yesus Kristus my Excellent Leader yang smart and perfect.
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra, Abraham Alex Tanuseputra, Pdt Abraham Tanuseputra, Pdt Abraham Alex
No comments:
Post a Comment