Apa arti Pernikahan dalam Alkitab

Apa itu arti Pernikahan dalam Alkitab


arti Pernikahan dalam Alkitab

Pernikahan/Perkawinan.

(I). DI DALAM PL.
(1) Di dalam bhs. Ibr., maupun di dalam bhs. Yun. tidak ditemukan kata ~Pernikahan. Seperti di daerah Timur-Tengah purba lainnya, ~Pernikahan tidak dipandang sebagai kejadian religius ataupun sebagai kejadian umum kemasyarakatan, melainkan sebagai kejadian pribadi antara dua keluarga. Seorang bapak memillih mempelai wanita bagi anaknya lelaki (Kej 24:2; 38:6; Ul 7:3) dan mengusahakan datangnya persetujuan ayah mempelai wanita dengan membayar emas kawin.
Kebalikannya terjadi pada anak perempuan yang meninggalkan rumah untuk mengikuti suami. Ia menerima emas kawinnya. Boleh jadi emas kawin itu adalah harta yang diterima dari pihak lelaki (Hak 1:14 dst.; 1Raj 9:16). Ada kalanya piihak laki-lakii memilih calon isteri dengan melawan kehendak orang-tuanya (Kej 26:34-35), sehingga orang kawin berdasar cetusan kasih yang spontan (Kej 29:11,20; 1Sam 18:20-21; Kid). Soal perjanjian nikah baru dikenal pada /RAPC #Tob 7:13. Batas usia termuda untuk dinyatakan siap-kawin pada bangsa Yahudi kuno adalah 12 tahun bagi anak perempuan dan 13 tahun bagi anak laki-laki. Pada umumnya orang baru kawin pada umur 18 tahun. Bila pihak lakii-laki telah membayar emas kawinnya, maka si gadis sudah menjadi milik laki-laki. Pada saat pihak perempuan memasukii rumah pihak laki-laki, maka ia dinyatakan kawin. Suami berkewajiban memelihara keperluan hidup isteri dan melindunginya. Meskipun ada perkawiinan berbentuk jual-beli demikian, namun ~Pernikahan di Isr. bukanlah sebuah kawin-beli. Suami tidak bisa menguasai isterinya seperti barang yang dimilikinya setelah diperolehnya lewat jalan membeli.
(2) Pada umumnya boleh dikatakan, bahwa setiap perkawinan dikuasai oleh marga ataupun keluarga besar yang menaruh harapan dan minat. Dari penguasa itu dapat dikatakan, bahwa sebuah ~Pernikahan baru dinyatakan sempurna, bila dapat melanjutkan keturunan pihak laki-laki (Kej 29:31-30:24; Mazm 113:9). Dasar itulah yang membuat kemandulan dipandang sebagai sebuah bencana hebat yang sekaligus dipandang sebagai sebuah hukuman dari Tuhan (Yer 18:21). Pandangan itu memberi kejelasan atas adanya perkawinan jamak dan --> Perkawinan dengan ipar. Tetapi kejadiian itu tidak memperkecil kenyataan, bahwa pihak isteri dihargai dan dicintai selaku pasangan (Kej 2:23-24) dan bukan hanya sebagai orang yang melahirkan keturunan! Di dalam pernilaian hubungan pribadi pasangan, maupun di dalam pernilaian hubungan hidup ekonomis (Kej 2:18), isteri adalah pembantu suami.
(3) ~Pernikahan itu poligami. (Kej 4:19-25 dbtl.). Ul 21:15 menempattkan seorang pria dan dua orang isteri sebagai biasa. Jumlah isteri ditentukan dari keadaan ekonomi. Meskipun demikian Kej 2:24 menganjurkan adanya satu ~Pernikahan tunggal. Jadi, menurut Kej 2:24 ~Pernikahan bukan peertama-tama diidirikan untuk keperluan kelanjutan keturunan, melainkan untuk persekutuan laki-laki - perempuan, yang saling tertuju satu sama lain. Di dalam cara mengadakan piilihan itu, manusia lebih dulu memperoleh kesempatan untuk memilih persekutuan dengan binatang. Tetapi bukan disitulah pilihannya terjadi, sebab ia baru dapat menemukan pilihan persekutuannya dengan tepat pada wanita. Pendapat ittu sesuai dengan pandangan kenabian tentang hubungan Yahwe dengan Isr. yang di dasarkan pada pandangan perkawinan tunggal (Hos 2:18-23; Yer 2:2; Yeh 16:8; Yes 50:1). Perkawinan jamak pada zaman hiidup Yesus sudah hampir lenyap. Penyebabnya adalah sebuah keyakinan umum, bahwa Yahwe adalah suami umat Isr. dan bahwa setiap persekutuan yang melawan kehendaknya adallah sebuah perzinahan (Mat 12:39; 16:14).
(4) Berpantang untuk tidak kawiin pada seorang pria maupun wanita dipandang asing di dalam PL. Pada saat yang terakhir (Yud 16:22) ada seorang wanita janda yang diagung-agungkan, karena ia menolak ~Pernikahan untuk yang kedua kalinya. Apakah yang menjadi sebabnya kelompok-kelompok religius pada zaman lebih muda (: Eseni dan lain-lain) sebagian tidak mau kawin, belum dapat diketahui secara memuaskan.
(II). DI DALAM PB.
(1) ~Pernikahan bagi Yesus, yang secara pribadi tidak kawin, dipandang sebagai sebuah ciptaan untuk kesatuan dan ikatan (Mark 10:6-9). Hanya hati orang-orang yang tegar dan tergilla-gila pada kehendak diri-pribadinya (Mark 10:5) untuk menggantikan kehendak Allah (Mr 10:9) bisa mengarah pada praktek perceraian Musa. Itulah sebabnya perbuatan menginginkan wanita lain sudah dicela Yesus sebagai sebuah putusan (Mat 5:27-28). Demii kerajaan Allah selalu ada orang yang tidak kawin (Mat 19:12,29). Tetapi dari atasan Gereja dan para --> Diakon hanya diharapkan, agar mereka (: atasan Gereja dan para Diakon) memberikan contoh hidup ~Pernikahan yang baik (1Tim 3:3-4; Tit 1:6). Menurut Lukas 14:20 hendaknya ikatan ~Pernikahan  pada pasangannya tidak dibuat sedemikian istimewa eratnya, sehingga orang tidak dapat lagi melayani Tuhan. Injil Mat 19:9 (Mat 5:31-32) nampaknya memaksudkan ~ Pernikahankeluarga sedarah yang terbiasa dalam tradisi Yahudi dan dilakukan sebelum orang dipermandikan. Hanya ~Pernikahan terakhir itullah yang dapat dilepaskan dalam jemaat Matius.
(2) Paulus memandang kawin atau tidak kawin sebagai pemberian rakhmat Tuhan (1Kor 7:7). Meski ia sendiri tidak kawin (1Kor 7:7) dan membuat putusan tidak kawin karena alasan kepercayaannya pada kedatangan kembali Tuhan (1Kor 7:26-35), namun demikian ia memandang hidup berdampingan pasangan dalam ~Pernikahan  itu amat serius (1Kor 7:4-5,11-12; 11:11-12). Paulus juga tahu bahwa perceraian itu ada: "Sebab Tuhan memanggil kita untuk kedamaian" (1Kor 7:15), artinya: Ikatan Pernikahan  menurut Paulus tidak bisa dipandang sebagai sebuah ikatan kodrati yang tidak terlepaskan, melainkan hendaknya iikatan itu dipandang dari panggilan orang-orang. Oleh sebab itu hukum ~Pernikahan pun tidak dikenal oleh Paulus, melainkan hanya sebuah nasihat bagi mereka yang dipanggil untuk ~P (1Tes 4:3 dan seterusnya; Ef 5:25) dan ditugaskan untuk mewujudkan suatu ~Pernikahan yang baik.

Nasihat alkitab tentang pernikahan, ayat alkitab tentangpernikahan, pasangan suami istri dalam alkitab, prinsip dasar pernikahan Kristen, pernikahan menurut ajaran agama Kristen, ayat alkitab untuk ulang tahun pernikahan, ayat alkitab untuk pertunangan, ayat alkitab tentang kesetiaan pernikahan, Apa arti Pernikahan dalam Alkitab

No comments:

Post a Comment